Terhimpit Tanggung Jawab Keluarga? Ini Cara Cerdas Keluar dari Jeratan Sandwich Generation
03 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
30 0

Cara Menghadapi Peran Sandwich Generation

Menghadapi peran sebagai generasi sandwich memang bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut langkah-langkah menghadapi peran sebagai sandwich generation:

- Langkah pertama adalah membangun perencanaan keuangan yang matang.

Pisahkan anggaran untuk kebutuhan pribadi, anak, dan orang tua secara jelas.

(BACA JUGA: Red Flag VS Green Flag: Tanda Hubungan Sehat atau Toxic yang Harus Kamu Kenali!)

Bila memungkinkan, libatkan saudara kandung atau pasangan dalam pembagian tanggung jawab agar tidak semuanya ditanggung sendiri.

- Kedua, tetapkan batasan yang sehat.

Tidak semua permintaan harus dipenuhi, apalagi jika itu melampaui kapasitas finansial atau emosional.

Belajar berkata “tidak” bukanlah bentuk durhaka, melainkan bentuk perlindungan terhadap kesehatan mental kita.

- Ketiga, luangkan waktu untuk diri sendiri.

Aktivitas sederhana seperti berjalan pagi, membaca, menulis jurnal, atau berolahraga ringan bisa menjadi cara efektif untuk mengisi ulang energi.

Jangan merasa bersalah ketika mengambil waktu untuk diri sendiri—itu adalah bentuk cinta kepada keluarga juga.

(BACA JUGA: Apa Itu MBTI dan Cara Ceknya: Panduan Lengkap untuk Mengenal Kepribadianmu!)

Namun strategi tidak akan efektif tanpa pondasi yang kuat. Layaknya membangun rumah, strategi hidup butuh fondasi kuat: mental dan emosional yang stabil

Tips Menjaga Mental health bagi Generasi Sandwich

Menurut Lathifah Hanum, M.Psi., dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), peran sebagai generasi sandwich menuntut kesiapan emosional yang tinggi.

“Merawat anak dan lansia tentu sangat berbeda. Anak membutuhkan bimbingan, sementara lansia membutuhkan pendampingan penuh,” ujarnya.

Perbedaan kebutuhan ini menjadikan generasi sandwich berada dalam pusaran multitugas yang memerlukan keseimbangan ekstra.

Untuk itu, menjaga kesehatan mental bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan utama.

(BACA JUGA: Quiet Vacation: Tren Liburan Tanpa Sosial Media yang Bakal Booming di 2025)

Jika merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor.

Selain itu, bergabung dengan komunitas yang memiliki pengalaman serupa juga bisa memberi dukungan emosional yang sangat berarti.

Komunitas seperti ini tak hanya menjadi tempat curhat, tapi juga ladang pembelajaran tentang strategi bertahan hidup yang realistis dan manusiawi.

Selain merawat diri sendiri, hubungan dengan orang tua dan anak juga perlu dirawat.

Komunikasi yang sehat dan terbuka menjadi kunci dalam menciptakan keharmonisan di tengah kompleksitas perang yang dijalani.

(BACA JUGA: Smart Parenting 2025: Teknologi Canggih Ini Bantu Orang Tua Pantau Anak Tanpa Harus Jadi Overprotektif!)

Membangun Hubungan Harmonis dengan Dua Generasi

Salah satu elemen krusial dalam menghadapi dinamika sebagai generasi sandwich adalah komunikasi yang sehat dan terbuka.

Berbicaralah dengan orang tua dan anak tentang kondisi nyata yang dihadapi. Terkadang, kesalahpahaman muncul hanya karena ekspektasi yang tak diutarakan.

Di sisi lain, jangan ragu untuk mendidik anak tentang nilai kemandirian dan tanggung jawab sejak dini.

Ajarkan konsep keuangan sederhana dan pentingnya bekerja keras agar mereka tidak tumbuh menjadi generasi yang menuntut tanpa memberi.

Hubungan antar generasi sejatinya bisa menjadi sumber kekuatan, bukan beban.

(BACA JUGA: Hari Buku Nasional: Mengapa Literasi Generasi Muda Bisa Jadi Penentu Masa Depan Indonesia di Era Digital?)

Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa orang tua yang tinggal bersama cucu bisa membantu meringankan beban pengasuhan, sementara generasi sandwich tetap bekerja.

Sebaliknya, di beberapa wilayah seperti Eropa, generasi sandwich juga menerima dukungan finansial dari orang tua, menunjukkan bahwa peran ini bisa saling melengkapi jika dikelola dengan baik.

Lebih dari sekedar bertahan, sandwich generation juga memiliki peluang untuk menciptakan perubahan.

Salah satunya adalah dengan membekali generasi selanjutnya agar tidak terjebak dalam pola ketergantungan yang sama.

Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Salah satu cara memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mempersiapkan generasi selanjutnya agar lebih mandiri.

(BACA JUGA: Hidup Bersama Pengidap NPD: Gejala Tersembunyi dan Cara Bijak Menghadapinya)

Mulailah dengan perencanaan pensiun sedini mungkin, edukasi finansial kepada anak, dan membangun sistem dukungan keluarga yang saling menopang.

Tak kalah penting, berani mengambil keputusan yang kadang tak populer—seperti meminta orang tua ikut menyusun ulang keuangan mereka, atau mendorong anak untuk mulai mencari penghasilan sejak remaja.

Semuanya bermuara pada satu tujuan: menciptakan keluarga yang lebih resilien dan tidak selalu bergantung pada satu orang.

Menjadi Sandwich Generation Bukan Kutukan, Tapi Kesempatan Bertumbuh

Menjadi bagian dari generasi sandwich memang menantang, tetapi bukanlah sesuatu yang harus diratapi terus-menerus.

Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk melatih empati, memperkuat hubungan keluarga, dan memperjuangkan keseimbangan yang sehat dalam hidup.

(BACA JUGA: Mau Jadi Digital Nomad? Pelajari Dulu 4 Gaya Hidup Minimalis yang Efisien dan Fleksibel ini!)

Dengan perencanaan keuangan yang matang, komunikasi yang terbuka, dan keberanian untuk menjaga kesehatan mental, hidup sebagai generasi sandwich bisa tetap menyenangkan dan penuh makna.

Karena pada akhirnya, keseimbangan bukanlah kemewahan—tapi hak yang layak diperjuangkan oleh siapapun, termasuk mereka yang berdiri di tengah dua generasi.

Ikuti DB News untuk artikel seputar sandwich generation, tips, dan lifestyle lainnya.(*)

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Terhimpit Tanggung Jawab Keluarga? Ini Cara Cerdas Keluar dari Jeratan Sandwich Generation
03 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
30 0
 

Cara Menghadapi Peran Sandwich Generation

Menghadapi peran sebagai generasi sandwich memang bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Berikut langkah-langkah menghadapi peran sebagai sandwich generation:

- Langkah pertama adalah membangun perencanaan keuangan yang matang.

Pisahkan anggaran untuk kebutuhan pribadi, anak, dan orang tua secara jelas.

(BACA JUGA: Red Flag VS Green Flag: Tanda Hubungan Sehat atau Toxic yang Harus Kamu Kenali!)

Bila memungkinkan, libatkan saudara kandung atau pasangan dalam pembagian tanggung jawab agar tidak semuanya ditanggung sendiri.

- Kedua, tetapkan batasan yang sehat.

Tidak semua permintaan harus dipenuhi, apalagi jika itu melampaui kapasitas finansial atau emosional.

Belajar berkata “tidak” bukanlah bentuk durhaka, melainkan bentuk perlindungan terhadap kesehatan mental kita.

- Ketiga, luangkan waktu untuk diri sendiri.

Aktivitas sederhana seperti berjalan pagi, membaca, menulis jurnal, atau berolahraga ringan bisa menjadi cara efektif untuk mengisi ulang energi.

Jangan merasa bersalah ketika mengambil waktu untuk diri sendiri—itu adalah bentuk cinta kepada keluarga juga.

(BACA JUGA: Apa Itu MBTI dan Cara Ceknya: Panduan Lengkap untuk Mengenal Kepribadianmu!)

Namun strategi tidak akan efektif tanpa pondasi yang kuat. Layaknya membangun rumah, strategi hidup butuh fondasi kuat: mental dan emosional yang stabil

Tips Menjaga Mental health bagi Generasi Sandwich

Menurut Lathifah Hanum, M.Psi., dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), peran sebagai generasi sandwich menuntut kesiapan emosional yang tinggi.

“Merawat anak dan lansia tentu sangat berbeda. Anak membutuhkan bimbingan, sementara lansia membutuhkan pendampingan penuh,” ujarnya.

Perbedaan kebutuhan ini menjadikan generasi sandwich berada dalam pusaran multitugas yang memerlukan keseimbangan ekstra.

Untuk itu, menjaga kesehatan mental bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan utama.

(BACA JUGA: Quiet Vacation: Tren Liburan Tanpa Sosial Media yang Bakal Booming di 2025)

Jika merasa kewalahan, jangan ragu mencari bantuan profesional seperti psikolog atau konselor.

Selain itu, bergabung dengan komunitas yang memiliki pengalaman serupa juga bisa memberi dukungan emosional yang sangat berarti.

Komunitas seperti ini tak hanya menjadi tempat curhat, tapi juga ladang pembelajaran tentang strategi bertahan hidup yang realistis dan manusiawi.

Selain merawat diri sendiri, hubungan dengan orang tua dan anak juga perlu dirawat.

Komunikasi yang sehat dan terbuka menjadi kunci dalam menciptakan keharmonisan di tengah kompleksitas perang yang dijalani.

(BACA JUGA: Smart Parenting 2025: Teknologi Canggih Ini Bantu Orang Tua Pantau Anak Tanpa Harus Jadi Overprotektif!)

Membangun Hubungan Harmonis dengan Dua Generasi

Salah satu elemen krusial dalam menghadapi dinamika sebagai generasi sandwich adalah komunikasi yang sehat dan terbuka.

Berbicaralah dengan orang tua dan anak tentang kondisi nyata yang dihadapi. Terkadang, kesalahpahaman muncul hanya karena ekspektasi yang tak diutarakan.

Di sisi lain, jangan ragu untuk mendidik anak tentang nilai kemandirian dan tanggung jawab sejak dini.

Ajarkan konsep keuangan sederhana dan pentingnya bekerja keras agar mereka tidak tumbuh menjadi generasi yang menuntut tanpa memberi.

Hubungan antar generasi sejatinya bisa menjadi sumber kekuatan, bukan beban.

(BACA JUGA: Hari Buku Nasional: Mengapa Literasi Generasi Muda Bisa Jadi Penentu Masa Depan Indonesia di Era Digital?)

Beberapa studi bahkan menunjukkan bahwa orang tua yang tinggal bersama cucu bisa membantu meringankan beban pengasuhan, sementara generasi sandwich tetap bekerja.

Sebaliknya, di beberapa wilayah seperti Eropa, generasi sandwich juga menerima dukungan finansial dari orang tua, menunjukkan bahwa peran ini bisa saling melengkapi jika dikelola dengan baik.

Lebih dari sekedar bertahan, sandwich generation juga memiliki peluang untuk menciptakan perubahan.

Salah satunya adalah dengan membekali generasi selanjutnya agar tidak terjebak dalam pola ketergantungan yang sama.

Cara Memutus Rantai Sandwich Generation

Salah satu cara memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mempersiapkan generasi selanjutnya agar lebih mandiri.

(BACA JUGA: Hidup Bersama Pengidap NPD: Gejala Tersembunyi dan Cara Bijak Menghadapinya)

Mulailah dengan perencanaan pensiun sedini mungkin, edukasi finansial kepada anak, dan membangun sistem dukungan keluarga yang saling menopang.

Tak kalah penting, berani mengambil keputusan yang kadang tak populer—seperti meminta orang tua ikut menyusun ulang keuangan mereka, atau mendorong anak untuk mulai mencari penghasilan sejak remaja.

Semuanya bermuara pada satu tujuan: menciptakan keluarga yang lebih resilien dan tidak selalu bergantung pada satu orang.

Menjadi Sandwich Generation Bukan Kutukan, Tapi Kesempatan Bertumbuh

Menjadi bagian dari generasi sandwich memang menantang, tetapi bukanlah sesuatu yang harus diratapi terus-menerus.

Sebaliknya, ini adalah kesempatan untuk melatih empati, memperkuat hubungan keluarga, dan memperjuangkan keseimbangan yang sehat dalam hidup.

(BACA JUGA: Mau Jadi Digital Nomad? Pelajari Dulu 4 Gaya Hidup Minimalis yang Efisien dan Fleksibel ini!)

Dengan perencanaan keuangan yang matang, komunikasi yang terbuka, dan keberanian untuk menjaga kesehatan mental, hidup sebagai generasi sandwich bisa tetap menyenangkan dan penuh makna.

Karena pada akhirnya, keseimbangan bukanlah kemewahan—tapi hak yang layak diperjuangkan oleh siapapun, termasuk mereka yang berdiri di tengah dua generasi.

Ikuti DB News untuk artikel seputar sandwich generation, tips, dan lifestyle lainnya.(*)

Tautan telah disalin ke clipboard!