DB NEWS - Fenomena kelelahan digital yang terus meningkat membuat banyak wisatawan mulai beralih ke Quiet Vacation—sebuah tren liburan tanpa media sosial yang diprediksi akan menjadi gaya baru wisatawan global di 2025.
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk saat kita berlibur.
Quiet Vacation atau yang juga disebut sebagai Silent Tourism adalah sebuah konsep liburan yang mengedepankan pengalaman tanpa gangguan media sosial.
Banyak orang merasa harus membagikan setiap momen perjalanan mereka di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook seolah-olah liburan hanya lengkap jika terekam dan dibagikan secara online.
Foto-foto estetik, video singkat, hingga cerita perjalanan seolah menjadi “bukti” bahwa liburan mereka seru dan layak untuk diketahui banyak orang.
(BACA JUGA: Jangan Cepat Beranjak, Berikut Bacaan Doa Setelah Sholat Tarawih yang Bisa Diamalkan)
Namun, di balik kemeriahan berbagi itu, seringkali pengalaman liburan menjadi kurang menyenangkan karena fokusnya bergeser dari menikmati momen secara langsung menjadi sekadar mencari konten yang menarik untuk diunggah.
Pernahkah kamu merasa lelah walau sedang berlibur?
Tubuhmu mungkin sedang bersantai, tetapi pikiranmu terus aktif memikirkan caption Instagram, menjawab pesan WhatsApp, atau membalas komentar di TikTok.
Liburan kini bukan lagi tentang istirahat, tapi tentang bagaimana membuat orang lain tahu bahwa kita sedang berlibur.
Di sisi lain, munculah fenomena Quiet Vacation yang menawarkan pengalaman liburan lebih tenang dan bebas dari hiruk-pikuk media sosial.
Menurut laporan World Travel Trends 2024, pencarian untuk 'digital detox retreat' meningkat 38% dibanding tahun sebelumnya.
Secara sederhana, Quiet Vacation adalah konsep liburan tanpa interaksi digital. Tidak ada unggahan media sosial, tidak ada notifikasi, bahkan sering kali tanpa sinyal internet sama sekali.
Tujuannya? Menikmati momen secara utuh dan menghadirkan ketenangan jiwa dari kepadatan dunia maya.
Di era serba online, Quiet Vacation menjadi bentuk detoks digital. Ini adalah jeda yang disengaja dari dunia virtual agar kita bisa benar-benar terhubung dengan diri sendiri, alam, dan orang-orang terdekat.
Quiet Vacation mengajak kita untuk menikmati perjalanan tanpa tekanan untuk selalu membagikan setiap detail aktivitas kepada publik.
Dengan memilih untuk melepaskan diri dari dorongan untuk update status, upload foto, atau membalas komentar, seseorang dapat benar-benar hadir dalam momen liburan tersebut tanpa gangguan.
Fenomena Quiet Vacation ini bukan hanya sekadar menghindari media sosial, tetapi lebih merupakan sebuah bentuk kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya ketenangan pikiran dan kesejahteraan mental.
Di tengah derasnya arus informasi dan tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, liburan jenis ini menjadi semacam pelarian yang menenangkan jiwa.
Ini adalah kesempatan untuk mengurangi stres digital, menjauh dari kebisingan notifikasi, dan melatih mindfulness.
Bagi banyak orang, Quiet Vacation juga menjadi cara untuk mengembalikan arti sesungguhnya dari berlibur bukan sekadar soal destinasi atau aktivitas, tetapi tentang bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan diri sendiri.
Liburan tanpa media sosial memungkinkan kita menyatu dengan alam, memperhatikan suara angin, aroma laut, atau kehangatan matahari tanpa harus terdistraksi oleh layar ponsel.
Dengan begitu, pengalaman yang didapat menjadi lebih mendalam, penuh makna, dan mampu mengisi ulang energi batin secara optimal.
Selain itu, tren Quiet Vacation ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang kerap membuat orang merasa cemas dan tidak puas, walau sebenarnya sedang berlibur.
Ketika kita membebaskan diri dari kebutuhan untuk terus mengabari dunia soal apa yang kita lakukan, kita memberi ruang untuk ketenangan dan kebahagiaan yang lebih otentik.
Hal ini pun bisa berdampak positif pada hubungan sosial karena interaksi menjadi lebih nyata, intens, dan bermakna tanpa gangguan digital.
Setelah memahami makna Quiet Vacation, kini mari lihat mengapa tren ini begitu relevan di tengah kelelahan digital yang terus meningkat.
DB NEWS - Fenomena kelelahan digital yang terus meningkat membuat banyak wisatawan mulai beralih ke Quiet Vacation—sebuah tren liburan tanpa media sosial yang diprediksi akan menjadi gaya baru wisatawan global di 2025.
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk saat kita berlibur.
Quiet Vacation atau yang juga disebut sebagai Silent Tourism adalah sebuah konsep liburan yang mengedepankan pengalaman tanpa gangguan media sosial.
Banyak orang merasa harus membagikan setiap momen perjalanan mereka di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook seolah-olah liburan hanya lengkap jika terekam dan dibagikan secara online.
Foto-foto estetik, video singkat, hingga cerita perjalanan seolah menjadi “bukti” bahwa liburan mereka seru dan layak untuk diketahui banyak orang.
(BACA JUGA: Jangan Cepat Beranjak, Berikut Bacaan Doa Setelah Sholat Tarawih yang Bisa Diamalkan)
Namun, di balik kemeriahan berbagi itu, seringkali pengalaman liburan menjadi kurang menyenangkan karena fokusnya bergeser dari menikmati momen secara langsung menjadi sekadar mencari konten yang menarik untuk diunggah.
Pernahkah kamu merasa lelah walau sedang berlibur?
Tubuhmu mungkin sedang bersantai, tetapi pikiranmu terus aktif memikirkan caption Instagram, menjawab pesan WhatsApp, atau membalas komentar di TikTok.
Liburan kini bukan lagi tentang istirahat, tapi tentang bagaimana membuat orang lain tahu bahwa kita sedang berlibur.
Di sisi lain, munculah fenomena Quiet Vacation yang menawarkan pengalaman liburan lebih tenang dan bebas dari hiruk-pikuk media sosial.
Menurut laporan World Travel Trends 2024, pencarian untuk 'digital detox retreat' meningkat 38% dibanding tahun sebelumnya.
Secara sederhana, Quiet Vacation adalah konsep liburan tanpa interaksi digital. Tidak ada unggahan media sosial, tidak ada notifikasi, bahkan sering kali tanpa sinyal internet sama sekali.
Tujuannya? Menikmati momen secara utuh dan menghadirkan ketenangan jiwa dari kepadatan dunia maya.
Di era serba online, Quiet Vacation menjadi bentuk detoks digital. Ini adalah jeda yang disengaja dari dunia virtual agar kita bisa benar-benar terhubung dengan diri sendiri, alam, dan orang-orang terdekat.
Quiet Vacation mengajak kita untuk menikmati perjalanan tanpa tekanan untuk selalu membagikan setiap detail aktivitas kepada publik.
Dengan memilih untuk melepaskan diri dari dorongan untuk update status, upload foto, atau membalas komentar, seseorang dapat benar-benar hadir dalam momen liburan tersebut tanpa gangguan.
Fenomena Quiet Vacation ini bukan hanya sekadar menghindari media sosial, tetapi lebih merupakan sebuah bentuk kesadaran dan penghargaan terhadap pentingnya ketenangan pikiran dan kesejahteraan mental.
Di tengah derasnya arus informasi dan tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya, liburan jenis ini menjadi semacam pelarian yang menenangkan jiwa.
Ini adalah kesempatan untuk mengurangi stres digital, menjauh dari kebisingan notifikasi, dan melatih mindfulness.
Bagi banyak orang, Quiet Vacation juga menjadi cara untuk mengembalikan arti sesungguhnya dari berlibur bukan sekadar soal destinasi atau aktivitas, tetapi tentang bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan diri sendiri.
Liburan tanpa media sosial memungkinkan kita menyatu dengan alam, memperhatikan suara angin, aroma laut, atau kehangatan matahari tanpa harus terdistraksi oleh layar ponsel.
Dengan begitu, pengalaman yang didapat menjadi lebih mendalam, penuh makna, dan mampu mengisi ulang energi batin secara optimal.
Selain itu, tren Quiet Vacation ini juga merupakan bentuk perlawanan terhadap fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang kerap membuat orang merasa cemas dan tidak puas, walau sebenarnya sedang berlibur.
Ketika kita membebaskan diri dari kebutuhan untuk terus mengabari dunia soal apa yang kita lakukan, kita memberi ruang untuk ketenangan dan kebahagiaan yang lebih otentik.
Hal ini pun bisa berdampak positif pada hubungan sosial karena interaksi menjadi lebih nyata, intens, dan bermakna tanpa gangguan digital.
Setelah memahami makna Quiet Vacation, kini mari lihat mengapa tren ini begitu relevan di tengah kelelahan digital yang terus meningkat.