Kardinal Ignatius Suharyo lahir pada 9 Juli 1950 di Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Ia adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Teodora Murni Hardjadisastra.
Pendidikan dasarnya di tempuh di SD Kanisius dan SD Tarakanita Yogyakarta, sebelum kemudian melanjutkan ke Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.
Karir akademiknya terus bersinar. Ia meraih gelar Sarjana Filsafat/Teologi dari IKIP Sanata Dharma Yogyakarta, lalu melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas Urbaniana, Roma.
Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1976, Suharyo aktif mengajar dan menjadi Ketua Jurusan Filsafat di IKIP Sanata Dharma.
Karir kegerejaannya melesat pada tahun 1997 ketika Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai uskup Agung Semarang.
Kepemimpinannya dikenal rendah hati, fokus pada pendidikan, serta pelayanan kepada masyarakat marginal.
Pada tahun 2009, ia diangkat menjadi Uskup Koadjutor Jakarta, dan resmi memimpin Keuskupan Agung Jakarta pada 2010.
Di bawah kepemimpinannya, Keuskupan Agung Jakarta semakin aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial, kebebasan agama, dan perdamaian lintas agama.
Akhirnya, pada 5 Oktober 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi Kardinal–sebuah pengakuan atas dedikasinya membimbing umat Katolik Indonesia.
Terkait konklaf 2025, Dewan Kardinal meminta Kardinal Ignatius Suharyo untuk berangkat lebih cepat ke Vatikan dalam rangka mengikuti konklaf yang akan diselenggarakan.
Hal ini disampaikan humas Gereja Katedral jakarta, Susiana Suwadi, bahwa Kardinal Suharyo direncanakan akan berangkat Minggu (4/5), tetapi dipercepat menjadi Sabtu (3/5).
Kardinal Ignatius Suharyo sendiri mengungkap bahwa tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti konklaf yang akan diikutinya pada awal Mei mendatang.
“Tidak mempunyai persiapan apa-apa, ikut saja, karena saya sudah sering ikut di dalam sinode para Uskup,” ungkapnya kepada awak media.
Jika Kardinal Suharyo berhasil terpilih, hal itu akan menjadi tonggak sejarah bagi Gereja Katolik, khususnya Asia.
Pemilihannya akan mencerminkan keterbukaan Gereja terhadap keberagaman budaya dan menegaskan bahwa pusat spiritualitas Katolik bersifat global.
Dengan proses konklaf yang akan segera dimulai, dunia Katolik memasuki masa penuh harap dan doa.
Siapakah yang akan terpilih menjadi Paus baru? Akankah ada kejutan seperti yang terjadi pada konklaf sebelumnya?
Siapapun yang terpilih nanti, diharapkan mampu membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih inklusif, adil, dan penuh kasih.
Ikuti terus update terkini seputar konklaf dan kabar penting Gereja Katolik hanya di DB News! (*)
Kardinal Ignatius Suharyo lahir pada 9 Juli 1950 di Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Ia adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara dari pasangan Florentinus Amir Hardjodisastra dan Teodora Murni Hardjadisastra.
Pendidikan dasarnya di tempuh di SD Kanisius dan SD Tarakanita Yogyakarta, sebelum kemudian melanjutkan ke Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.
Karir akademiknya terus bersinar. Ia meraih gelar Sarjana Filsafat/Teologi dari IKIP Sanata Dharma Yogyakarta, lalu melanjutkan pendidikan doktoral di Universitas Urbaniana, Roma.
Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1976, Suharyo aktif mengajar dan menjadi Ketua Jurusan Filsafat di IKIP Sanata Dharma.
Karir kegerejaannya melesat pada tahun 1997 ketika Paus Yohanes Paulus II mengangkatnya sebagai uskup Agung Semarang.
Kepemimpinannya dikenal rendah hati, fokus pada pendidikan, serta pelayanan kepada masyarakat marginal.
Pada tahun 2009, ia diangkat menjadi Uskup Koadjutor Jakarta, dan resmi memimpin Keuskupan Agung Jakarta pada 2010.
Di bawah kepemimpinannya, Keuskupan Agung Jakarta semakin aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial, kebebasan agama, dan perdamaian lintas agama.
Akhirnya, pada 5 Oktober 2019, Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi Kardinal–sebuah pengakuan atas dedikasinya membimbing umat Katolik Indonesia.
Terkait konklaf 2025, Dewan Kardinal meminta Kardinal Ignatius Suharyo untuk berangkat lebih cepat ke Vatikan dalam rangka mengikuti konklaf yang akan diselenggarakan.
Hal ini disampaikan humas Gereja Katedral jakarta, Susiana Suwadi, bahwa Kardinal Suharyo direncanakan akan berangkat Minggu (4/5), tetapi dipercepat menjadi Sabtu (3/5).
Kardinal Ignatius Suharyo sendiri mengungkap bahwa tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti konklaf yang akan diikutinya pada awal Mei mendatang.
“Tidak mempunyai persiapan apa-apa, ikut saja, karena saya sudah sering ikut di dalam sinode para Uskup,” ungkapnya kepada awak media.
Jika Kardinal Suharyo berhasil terpilih, hal itu akan menjadi tonggak sejarah bagi Gereja Katolik, khususnya Asia.
Pemilihannya akan mencerminkan keterbukaan Gereja terhadap keberagaman budaya dan menegaskan bahwa pusat spiritualitas Katolik bersifat global.
Dengan proses konklaf yang akan segera dimulai, dunia Katolik memasuki masa penuh harap dan doa.
Siapakah yang akan terpilih menjadi Paus baru? Akankah ada kejutan seperti yang terjadi pada konklaf sebelumnya?
Siapapun yang terpilih nanti, diharapkan mampu membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih inklusif, adil, dan penuh kasih.
Ikuti terus update terkini seputar konklaf dan kabar penting Gereja Katolik hanya di DB News! (*)