DB NEWS - Dalam dunia smartphone, kekuatan bukan hanya dinilai dari tampilan luar atau kualitas kamera.
Inti performa sesungguhnya terletak pada chipset yang digunakan. Huawei Nova 13 Pro hadir membawa Kirin 9200S, prosesor besutan Huawei yang menantang dominasi Snapdragon dari Qualcomm.
Kirin kini bukan sekadar alternatif, tapi lawan seimbang. Dengan klaim performa setara—bahkan di beberapa aspek melampaui—Snapdragon 8 Gen 2, Kirin 9200S menjadi titik awal persaingan menarik di ranah smartphone flagship.
Namun, apakah keunggulan itu terbukti dalam penggunaan nyata?
Menggunakan teknologi fabrikasi 6nm, Kirin 9200S mengedepankan efisiensi daya dan kestabilan performa.
(BACA JUGA: Baru Dirilis! Huawei Watch Fit 4 vs Fit 3: Mana yang Lebih Worth It Dibeli di 2025?)
Transisi antaraplikasi berjalan mulus, multitasking tanpa jeda, dan konsumsi daya tetap terjaga.
Berbeda dengan pesaingnya yang dikenal boros energi dan cepat panas, Kirin menonjol dalam pengendalian suhu dan efisiensi harian.
Keunggulan lain terletak pada AI. Neural Processing Unit (NPU) Kirin belajar dari kebiasaan pengguna—mengatur prioritas aplikasi, mengoptimalkan suhu, bahkan meningkatkan kualitas fotografi.
AI yang adaptif ini menjadi keunggulan kompetitif dibanding Snapdragon.
Snapdragon unggul dalam kompatibilitas aplikasi dan stabilitas sistem. Tapi seri 8 Gen 1 dan Gen 2 banyak dikritik karena isu overheat dan boros daya.
(BACA JUGA: Dibalik Layar Huawei Pura 80 Ultra: Teknologi Apa yang Bikin Harga Rp 24 Juta Tepat?)
Kirin memanfaatkan celah ini dengan menghadirkan keseimbangan antara performa dan efisiensi, khususnya bagi pengguna yang menginginkan daya tahan baterai lebih baik.
DB NEWS - Dalam dunia smartphone, kekuatan bukan hanya dinilai dari tampilan luar atau kualitas kamera.
Inti performa sesungguhnya terletak pada chipset yang digunakan. Huawei Nova 13 Pro hadir membawa Kirin 9200S, prosesor besutan Huawei yang menantang dominasi Snapdragon dari Qualcomm.
Kirin kini bukan sekadar alternatif, tapi lawan seimbang. Dengan klaim performa setara—bahkan di beberapa aspek melampaui—Snapdragon 8 Gen 2, Kirin 9200S menjadi titik awal persaingan menarik di ranah smartphone flagship.
Namun, apakah keunggulan itu terbukti dalam penggunaan nyata?
Menggunakan teknologi fabrikasi 6nm, Kirin 9200S mengedepankan efisiensi daya dan kestabilan performa.
(BACA JUGA: Baru Dirilis! Huawei Watch Fit 4 vs Fit 3: Mana yang Lebih Worth It Dibeli di 2025?)
Transisi antaraplikasi berjalan mulus, multitasking tanpa jeda, dan konsumsi daya tetap terjaga.
Berbeda dengan pesaingnya yang dikenal boros energi dan cepat panas, Kirin menonjol dalam pengendalian suhu dan efisiensi harian.
Keunggulan lain terletak pada AI. Neural Processing Unit (NPU) Kirin belajar dari kebiasaan pengguna—mengatur prioritas aplikasi, mengoptimalkan suhu, bahkan meningkatkan kualitas fotografi.
AI yang adaptif ini menjadi keunggulan kompetitif dibanding Snapdragon.
Snapdragon unggul dalam kompatibilitas aplikasi dan stabilitas sistem. Tapi seri 8 Gen 1 dan Gen 2 banyak dikritik karena isu overheat dan boros daya.
(BACA JUGA: Dibalik Layar Huawei Pura 80 Ultra: Teknologi Apa yang Bikin Harga Rp 24 Juta Tepat?)
Kirin memanfaatkan celah ini dengan menghadirkan keseimbangan antara performa dan efisiensi, khususnya bagi pengguna yang menginginkan daya tahan baterai lebih baik.