DB News - Dunia kesehatan sedang digemparkan dengan masalah yang langka. Bayi berusia 19 bulan telah mengalami kanker ovarium stadium 3.
Dari laporan Strait Times, penyakit yang menderita bayi tersebut pertama kali disadari oleh sang ibunda, Fallarystia Sintom berumur 25 tahun. Pada bulan Agustus lalu, dia menyadari ada sesuatu yang aneh dalam bayinya. Dia merasa bahwa anaknya mengalami sembelit dan perut kembung. Bayi yang bernama Daneem Auni Riksi, kurang aktif dan sering meminta untuk digendong.
“Anak saya rewel dan karena dia belum bisa bicara, dia hanya menangis kesakitan,” Kata Fallarystia dikutip oleh kantor berita Malaysia Sinar Daily, Kamis (10/10/2024).
Pihak keluarga berupaya mencari cara untuk pengobatan untuk anaknya yang dikira mengalami gangguan pencernaan. Namun, nasib buruk menimpa anak tersebut. Dokter mendeteksi adanya tumor berukuran 13 cm di tubuh bayi tersebut.
Kanker ovarium merupakan kanker yang muncul di jaringan ovarium atau indung telur. Kanker ovarium terjadi ketika DNA di sel-sel ovarium mengalami perubahan atau mutasi. Mutasi tersebut menyebabkan sel ovarium tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita kanker ovarium, yakni ada anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atay kanker payudara, obesitas, perubahan gen yang diwariskan, endometriosis dan usia lanjut.
Sementara, tumor atau kanker pada anak disebabkan perubahan tertentu pada cara sel ovarium yang berfungsi, terutama cara sel tersebut tumbuh dan membelah diri. Penyebabnya masih belum pasti hingga saat ini.
Faktr penyebab utama dari kanker ovarium yang terjadi pada bayi kemungkinan dari faktor genetik. Dilansir dari Cancer Research UK, kanker ovarium pada anak dialami si kecil yang mengalami kelainan genetik BRCA1 dan BRCA2 bawaan sejak lahir. Selain itu, bayi atau anak perempuan yang memiliki ibu atau saudara perempuan penderita kanker ovarium juga memiliki risiko terkena penyakit ini, sekitar tiga kali lebih besar daripada anak yang keluarganya tidak punya riwayat kanker.
Anak yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas, serta mengalami kondisi medis tertentu seperti diabetes juga berpotensi mengalami kanker ovarium. Selain itu, berada di lingkungan perokok juga bisa terkena penyakit tersebut.
Menurut National Cancer Institute, gejala kanker ovarium pada anak mungkin tidak akan muncul hingga tumor telah membesar. Karena itu, orang tua harus memiliki kepekaan jika melihat sang buah hati mengalami beberapa gejala awal seperti nyeri atau pembekakan pada perut, benjolan di perut, tanda-tanda pubertas dini, nyeri, atau menstruasi yang terlewat, serta pendarahan pada vagina yang tidak biasa.
Biasanya, kanker ovarium sering terjadi pada anak perempuan yang berusia 15 tahun hingga 19 tahun, dan kasus ini menjadi kasus yang langka. Ovarium sendiri merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita yang terletak di panggul di kedua sisi rahim.
You must be logged in to post a comment.
DB News - Dunia kesehatan sedang digemparkan dengan masalah yang langka. Bayi berusia 19 bulan telah mengalami kanker ovarium stadium 3.
Dari laporan Strait Times, penyakit yang menderita bayi tersebut pertama kali disadari oleh sang ibunda, Fallarystia Sintom berumur 25 tahun. Pada bulan Agustus lalu, dia menyadari ada sesuatu yang aneh dalam bayinya. Dia merasa bahwa anaknya mengalami sembelit dan perut kembung. Bayi yang bernama Daneem Auni Riksi, kurang aktif dan sering meminta untuk digendong.
“Anak saya rewel dan karena dia belum bisa bicara, dia hanya menangis kesakitan,” Kata Fallarystia dikutip oleh kantor berita Malaysia Sinar Daily, Kamis (10/10/2024).
Pihak keluarga berupaya mencari cara untuk pengobatan untuk anaknya yang dikira mengalami gangguan pencernaan. Namun, nasib buruk menimpa anak tersebut. Dokter mendeteksi adanya tumor berukuran 13 cm di tubuh bayi tersebut.
Kanker ovarium merupakan kanker yang muncul di jaringan ovarium atau indung telur. Kanker ovarium terjadi ketika DNA di sel-sel ovarium mengalami perubahan atau mutasi. Mutasi tersebut menyebabkan sel ovarium tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang menderita kanker ovarium, yakni ada anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atay kanker payudara, obesitas, perubahan gen yang diwariskan, endometriosis dan usia lanjut.
Sementara, tumor atau kanker pada anak disebabkan perubahan tertentu pada cara sel ovarium yang berfungsi, terutama cara sel tersebut tumbuh dan membelah diri. Penyebabnya masih belum pasti hingga saat ini.
Faktr penyebab utama dari kanker ovarium yang terjadi pada bayi kemungkinan dari faktor genetik. Dilansir dari Cancer Research UK, kanker ovarium pada anak dialami si kecil yang mengalami kelainan genetik BRCA1 dan BRCA2 bawaan sejak lahir. Selain itu, bayi atau anak perempuan yang memiliki ibu atau saudara perempuan penderita kanker ovarium juga memiliki risiko terkena penyakit ini, sekitar tiga kali lebih besar daripada anak yang keluarganya tidak punya riwayat kanker.
Anak yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas, serta mengalami kondisi medis tertentu seperti diabetes juga berpotensi mengalami kanker ovarium. Selain itu, berada di lingkungan perokok juga bisa terkena penyakit tersebut.
Menurut National Cancer Institute, gejala kanker ovarium pada anak mungkin tidak akan muncul hingga tumor telah membesar. Karena itu, orang tua harus memiliki kepekaan jika melihat sang buah hati mengalami beberapa gejala awal seperti nyeri atau pembekakan pada perut, benjolan di perut, tanda-tanda pubertas dini, nyeri, atau menstruasi yang terlewat, serta pendarahan pada vagina yang tidak biasa.
Biasanya, kanker ovarium sering terjadi pada anak perempuan yang berusia 15 tahun hingga 19 tahun, dan kasus ini menjadi kasus yang langka. Ovarium sendiri merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita yang terletak di panggul di kedua sisi rahim.
You must be logged in to post a comment.