Mbok Yem Meninggal Dunia, Warung Legendaris di Puncak Lawu Kini Tanpa Penjaga, Siapa yang Menggantikan?
25 Apr 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
33 1

Pneumonia Akut dan Perjuangan Terakhir Mbok Yem

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Mbok Yem sempat menjalani perawatan intensif di RSU Siti Aisyah, Ponorogo.

Ia menderita pneumonia akut, sebuah peradangan serius pada paru-paru yang menyerang saluran pernafasannya.

(BACA JUGA: Wafatnya Hotma Sitompul: Jejak Sang Pengacara di Balik Deretan Kasus Hukum Terkenal)

Kondisinya yang sudah renta membuat proses penyembuhan menjadi semakin berat.

Luka di kakinya yang tak kunjung sembuh akibat kekurangan asupan protein turut memperlambat pemulihannya.

Di masa-masa akhir hidupnya, ia bahkan sudah tak berselera makan atau minum, hanya sesekali mengkonsumsi susu.

Momen ketika Mbok Yem harus turun dari puncak Lawu untuk menjalani pengobatan juga menjadi sorotan publik.

Biasanya, ia hanya turun dari gunung saat Lebaran Idul Fitri tiba.

Namun, pada Selasa (4/3) kondisi kesehatannya memaksa beliau turun lebih awal dengan bantuan lima orang yang mengangkat tubuh ringkihnya menuruni jalur Lawu.

(BACA JUGA: In Memoriam Titiek Puspa: Legenda Musik Indonesia Meninggal Dunia, Ini Profil dan Karya Monumentalnya)

Momen haru ini sempat viral di media sosial, mengundang simpati dan doa dari banyak pihak untuk kesehatan Mbok Yem.

Warung Legendaris yang Menghidupi Semangat Para Pendaki

Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem telah menjadi penjaga warung tertinggi di Indonesia, tepatnya di puncak Gunung Lawu.

Nasi pecel hangat dengan telur ceplok, bihun, sayuran segar, dan bumbu khas Magetan yang diraciknya sendiri menjadi menu andalan yang selalu dirindukan.

Harganya pun bersahabat, hanya Rp15 ribu per porsi, namun nilainya jauh lebih tinggi bagi para pendaki yang kelelahan.

(BACA JUGA: Mat Solar Wafat! Kisah Pilu Hak Lahan Rp3,3 Miliar yang Belum Terbayar Terungkap)

Selain nasi pecel, ia juga menyajikan mie rebus, gorengan, teh, dan susu hangat, serta soto spesial yang hanya tersedia saat bulan Suro tiba.

Di tengah terpaan angin dingin dan medan yang berat, Mbok Yem tak pernah menyerah.

Bahkan di usia senja, ia masih berupaya mempertahankan warungnya dengan bantuan porter yang mengangkut bahan makanan, dengan biaya sekitar Rp500 ribu per pengiriman.

Untuk turun gunung pun, beliau harus ditandu dengan biaya tak sedikit, hingga Rp1 juta per orang.

Kisah hidup Mbok Yem hingga menjadi sang legenda penjaga warung tertinggi di Indonesia, simak di halaman berikutnya!

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Mbok Yem Meninggal Dunia, Warung Legendaris di Puncak Lawu Kini Tanpa Penjaga, Siapa yang Menggantikan?
25 Apr 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
33 1
 

Pneumonia Akut dan Perjuangan Terakhir Mbok Yem

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Mbok Yem sempat menjalani perawatan intensif di RSU Siti Aisyah, Ponorogo.

Ia menderita pneumonia akut, sebuah peradangan serius pada paru-paru yang menyerang saluran pernafasannya.

(BACA JUGA: Wafatnya Hotma Sitompul: Jejak Sang Pengacara di Balik Deretan Kasus Hukum Terkenal)

Kondisinya yang sudah renta membuat proses penyembuhan menjadi semakin berat.

Luka di kakinya yang tak kunjung sembuh akibat kekurangan asupan protein turut memperlambat pemulihannya.

Di masa-masa akhir hidupnya, ia bahkan sudah tak berselera makan atau minum, hanya sesekali mengkonsumsi susu.

Momen ketika Mbok Yem harus turun dari puncak Lawu untuk menjalani pengobatan juga menjadi sorotan publik.

Biasanya, ia hanya turun dari gunung saat Lebaran Idul Fitri tiba.

Namun, pada Selasa (4/3) kondisi kesehatannya memaksa beliau turun lebih awal dengan bantuan lima orang yang mengangkat tubuh ringkihnya menuruni jalur Lawu.

(BACA JUGA: In Memoriam Titiek Puspa: Legenda Musik Indonesia Meninggal Dunia, Ini Profil dan Karya Monumentalnya)

Momen haru ini sempat viral di media sosial, mengundang simpati dan doa dari banyak pihak untuk kesehatan Mbok Yem.

Warung Legendaris yang Menghidupi Semangat Para Pendaki

Sejak tahun 1980-an, Mbok Yem telah menjadi penjaga warung tertinggi di Indonesia, tepatnya di puncak Gunung Lawu.

Nasi pecel hangat dengan telur ceplok, bihun, sayuran segar, dan bumbu khas Magetan yang diraciknya sendiri menjadi menu andalan yang selalu dirindukan.

Harganya pun bersahabat, hanya Rp15 ribu per porsi, namun nilainya jauh lebih tinggi bagi para pendaki yang kelelahan.

(BACA JUGA: Mat Solar Wafat! Kisah Pilu Hak Lahan Rp3,3 Miliar yang Belum Terbayar Terungkap)

Selain nasi pecel, ia juga menyajikan mie rebus, gorengan, teh, dan susu hangat, serta soto spesial yang hanya tersedia saat bulan Suro tiba.

Di tengah terpaan angin dingin dan medan yang berat, Mbok Yem tak pernah menyerah.

Bahkan di usia senja, ia masih berupaya mempertahankan warungnya dengan bantuan porter yang mengangkut bahan makanan, dengan biaya sekitar Rp500 ribu per pengiriman.

Untuk turun gunung pun, beliau harus ditandu dengan biaya tak sedikit, hingga Rp1 juta per orang.

Kisah hidup Mbok Yem hingga menjadi sang legenda penjaga warung tertinggi di Indonesia, simak di halaman berikutnya!

Tautan telah disalin ke clipboard!