DB NEWS - Terlihat kuat padahal sedang rapuh? Bisa jadi kamu sedang terjebak dalam jebakan berbahaya bernama toxic positivity.
Di era media sosial yang penuh unggahan kebahagiaan, banyak orang merasa tertekan untuk selalu terlihat baik-baik saja.
Kita sering dibombardir dengan kalimat-kalimat motivasi seperti “think positive!”, “‘jangan sedih, bersyukur aja!”
Tapi sadarkah kamu, tidak semua kalimat motivasi itu berdampak baik? Bahkan, sebagian bisa menjadi racun yang merusak proses healing kita sendiri.
Padahal, memaksa diri ‘positif’ terus menerus justru bisa mengikis kepercayaan diri dan menjatuhkanmu dari rasa cinta yang tulus pada diri sendiri.
(BACA JUGA: Bukan Karena Nasib! Ini Gaya Hidup Hemat Warren Buffett yang Bisa Bikin Kamu Kaya)
Artikel ini akan membongkar mitos tentang self love yang kerap dibungkus kalimat manis namun menyesatkan.
Kamu akan diajak mengenali cara mencintai diri sendiri secara sehat dan menerima emosi negatif tanpa rasa bersalah.
Kalau kamu ingin benar-benar mencintai diri sendiri dan membangun kepercayaan diri secara sehat, kamu harus tahu bedanya antara self love yang tulus dengan positivity palsu.
Yuk, simak cara jujur dan nyata untuk mulai mencintai dirimu sendiri–tanpa harus pura-pura bahagia setiap saat.
Banyak orang keliru mengartikan self love hanya sebagai aktivitas spa, belanja, atau liburan.
(BACA JUGA: Jangan Salah Pilih! Ini Warna Pintu Depan Rumah Paling Hoki dan Pembawa Rezeki Menurut Feng Shui)
Padahal, mencintai diri sendiri jauh lebih dalam dari itu. Self love adalah penerimaan penuh terhadap diri sendiri, termasuk kekurangan dan kegagalan.
Self love bukan berarti kamu harus sempurna untuk bisa dicintai. Justru, itu berarti kamu bisa melihat dirimu yang tidak sempurna dan tetap memilih untuk bersikap lembut, peduli, dan menghargai diri.
Kesadaran inilah yang jadi pondasi penting untuk membangun kepercayaan diri–karena kamu tahu siapa dirimu, dan kamu tidak perlu validasi dari luar untuk merasa berharga.
Apa itu toxic positivity? Mengapa harus dihindari? Bagaimana cara untuk terhindar dari toxic positivity? Simak di halaman berikutnya!
DB NEWS - Terlihat kuat padahal sedang rapuh? Bisa jadi kamu sedang terjebak dalam jebakan berbahaya bernama toxic positivity.
Di era media sosial yang penuh unggahan kebahagiaan, banyak orang merasa tertekan untuk selalu terlihat baik-baik saja.
Kita sering dibombardir dengan kalimat-kalimat motivasi seperti “think positive!”, “‘jangan sedih, bersyukur aja!”
Tapi sadarkah kamu, tidak semua kalimat motivasi itu berdampak baik? Bahkan, sebagian bisa menjadi racun yang merusak proses healing kita sendiri.
Padahal, memaksa diri ‘positif’ terus menerus justru bisa mengikis kepercayaan diri dan menjatuhkanmu dari rasa cinta yang tulus pada diri sendiri.
(BACA JUGA: Bukan Karena Nasib! Ini Gaya Hidup Hemat Warren Buffett yang Bisa Bikin Kamu Kaya)
Artikel ini akan membongkar mitos tentang self love yang kerap dibungkus kalimat manis namun menyesatkan.
Kamu akan diajak mengenali cara mencintai diri sendiri secara sehat dan menerima emosi negatif tanpa rasa bersalah.
Kalau kamu ingin benar-benar mencintai diri sendiri dan membangun kepercayaan diri secara sehat, kamu harus tahu bedanya antara self love yang tulus dengan positivity palsu.
Yuk, simak cara jujur dan nyata untuk mulai mencintai dirimu sendiri–tanpa harus pura-pura bahagia setiap saat.
Banyak orang keliru mengartikan self love hanya sebagai aktivitas spa, belanja, atau liburan.
(BACA JUGA: Jangan Salah Pilih! Ini Warna Pintu Depan Rumah Paling Hoki dan Pembawa Rezeki Menurut Feng Shui)
Padahal, mencintai diri sendiri jauh lebih dalam dari itu. Self love adalah penerimaan penuh terhadap diri sendiri, termasuk kekurangan dan kegagalan.
Self love bukan berarti kamu harus sempurna untuk bisa dicintai. Justru, itu berarti kamu bisa melihat dirimu yang tidak sempurna dan tetap memilih untuk bersikap lembut, peduli, dan menghargai diri.
Kesadaran inilah yang jadi pondasi penting untuk membangun kepercayaan diri–karena kamu tahu siapa dirimu, dan kamu tidak perlu validasi dari luar untuk merasa berharga.
Apa itu toxic positivity? Mengapa harus dihindari? Bagaimana cara untuk terhindar dari toxic positivity? Simak di halaman berikutnya!