Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita luruskan: Toxic positivity adalah kebiasaan memaksakan pikiran positif dan menolak emosi negatif.
Misalnya, ketika kamu sedang sedih karena ditolak kerja, lalu kamu memaksa diri untuk “tetap bahagia” dan “yakin rezeki nggak kemana”.
Sekilas memang positif, tapi jika kamu menolak perasaan kecewa, marah, atau frustasi, maka kamu juga menolak bagian dari proses penyembuhanmu sendiri.
Emosi negatif bukan musuh–mereka adalah sinyal bahwa ada luka yang perlu dilihat dan dirawat.
Dengan kata lain, kamu tak perlu menutupi rasa sakit dengan senyuman palsu. Kamu boleh sedih, kecewa, bahkan marah.
Yang penting adalah bagaimana kamu mengelola perasaan itu, bukan menolaknya.
Bagaimana cara untuk menerima dan mengelola perasaan itu? Berikut penjelasan yang bisa kamu ikuti.
Menumbuhkan self love dimulai dari berani jujur pada diri sendiri. Saat kamu mengalami hari yang buruk, katakan: “Aku capek” bukan “Aku harus tetap semangat”.
Ketika kamu merasa gagal, akui: “Aku kecewa” bukan “Pasti ada hikmahnya”.
Dengan memvalidasi emosi sendiri, kamu sedang membangun koneksi emosional yang sehat dengan dirimu.
Ini adalah langkah awal untuk bisa menerima dirimu apa adanya dan itu adalah bentuk tertinggi dari self love.
Bagaimana langkah selanjutnya setelah memvalidasi emosi kita? Simak di halaman berikutnya!
Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita luruskan: Toxic positivity adalah kebiasaan memaksakan pikiran positif dan menolak emosi negatif.
Misalnya, ketika kamu sedang sedih karena ditolak kerja, lalu kamu memaksa diri untuk “tetap bahagia” dan “yakin rezeki nggak kemana”.
Sekilas memang positif, tapi jika kamu menolak perasaan kecewa, marah, atau frustasi, maka kamu juga menolak bagian dari proses penyembuhanmu sendiri.
Emosi negatif bukan musuh–mereka adalah sinyal bahwa ada luka yang perlu dilihat dan dirawat.
Dengan kata lain, kamu tak perlu menutupi rasa sakit dengan senyuman palsu. Kamu boleh sedih, kecewa, bahkan marah.
Yang penting adalah bagaimana kamu mengelola perasaan itu, bukan menolaknya.
Bagaimana cara untuk menerima dan mengelola perasaan itu? Berikut penjelasan yang bisa kamu ikuti.
Menumbuhkan self love dimulai dari berani jujur pada diri sendiri. Saat kamu mengalami hari yang buruk, katakan: “Aku capek” bukan “Aku harus tetap semangat”.
Ketika kamu merasa gagal, akui: “Aku kecewa” bukan “Pasti ada hikmahnya”.
Dengan memvalidasi emosi sendiri, kamu sedang membangun koneksi emosional yang sehat dengan dirimu.
Ini adalah langkah awal untuk bisa menerima dirimu apa adanya dan itu adalah bentuk tertinggi dari self love.
Bagaimana langkah selanjutnya setelah memvalidasi emosi kita? Simak di halaman berikutnya!