Film Conclave Melejit Usai Paus Fransiskus Wafat—Sinopsis & Fakta Mengejutkan di Balik Pemilihan Paus
24 Apr 2025 - Dbmedianews
Author: ⁠Rayhan Hidayat
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
30 1

DB NEWS - Setelah kematian Paus Fransiskus di usia 88 tahun pada Senin (21/4), popularitas film Conclave yang merupakan pemenang Oscar berdasarkan novel Robert Harris mengalami peningkatan secara signifikan.

Di tengah suasana duka dan penantian atas pemilihan Paus baru setelah wafatnya Paus Fransiskus, perhatian publik kembali tertuju pada film Conclave (2024).

Disutradarai oleh Edward Berger, film ini menggambarkan tradisi rahasia di balik proses pemilihan Paus baru setelah wafatnya seorang pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Dibintangi oleh nama-nama besar seperti Ralph Fiennes, John Lithgow, Stanley Tucci, Lucian Msamati, Isabella Rossellini, hingga Jacek Koman, Conclave menyoroti konflik politik dan spiritual di balik dinding Kapel Sistina.

Konklaf sendiri adalah sebuah momen penting dalam Gereja Katolik, yakni pertemuan para kardinal untuk memilih Paus pengganti ketika Paus sebelumnya wafat ataupun mengundurkan diri.

Sebelum lanjut ke pembahasan film Conclave, simak penjelasan lebih lanjut mengenai tradisi konklaf berikut.

(BACA JUGA: Wafatnya Paus Fransiskus Buat Duka Dunia, Kenang 8 Momen Bersejarah Kunjungannya ke Indonesia)

Tradisi Konklaf

Konklaf berasal dari bahasa Latin Cum Clave yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “dengan kunci”.

Sejauh mana proses konklaf benar-benar seketat yang digambarkan?

Dalam proses Konklaf, seluruh pintu dikunci rapat dan akses komunikasi dengan dunia luar diputus.

Para Kardinal berjubah merah pun memasuki masa penentuan paling berat dalam hidup mereka.

Tugas mereka bukan sekedar memilih pemimpin biasa, melainkan memilih satu sosok yang akan memimpin miliaran umat katolik di seluruh dunia.

Konklaf dilaksanakan jika dihadapkan dengan 2 keadaan, yakni ketika seorang Paus wafat atau mengundurkan diri.

Para kardinal akan berkumpul dengan jumlah maksimal 120 dan berusia di bawah 80 tahun untuk mewakili suara umat katolik di seluruh dunia dan suara hati nurani mereka sendiri.

Mereka datang dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang masalah dihadapi oleh umat katolik di daerah mereka masing-masing.

Saat Konklaf berlangsung, mereka tidak diperbolehkan membawa ponsel guna membatasi komunikasi dengan dunia luar.

Tak hanya itu, Garda Swiss akan berjaga untuk memastikan bahwa Konklaf berjalan dengan murni tanpa ada campur tangan dari siapapun.

Sebelum memasuki tahap pemungutan suara, para kardinal wajib mengikuti Misa khusus.

Hal tersebut bertujuan untuk mendapat pencerahan dari sang ilahi agar keputusan yang mereka sepakati mencerminkan kehendak Yang Maha Kuasa. 

Dalam satu hari, proses pemungutan suara untuk memilih Paus bisa dilakukan hingga empat kali.

Asap dari cerobong menjadi tanda bagi dunia luar, jika berwarna hitam, artinya belum ada yang terpilih dan jika berwarna putih, artinya Paus baru telah ditentukan.

Ketika akhirnya satu nama disepakati secara bulat, momen penuh emosi bagi sang terpilih pun dimulai. 

Paus terpilih akan dibawa ke sebuah ruangan kecil bernama Sala delle Lacrime, atau Ruang Air Mata.

Di ruangan sunyi itu, sambil mengenakan jubah putih yang sudah disiapkan dalam tiga ukuran, tak sedikit Paus yang meneteskan air mata dalam ruangan tersebut.

Bukan hanya karena tekanan besar, tetapi karena menyadari bahwa hidup mereka kini akan sepenuhnya didedikasikan untuk pelayanan umat katolik di seluruh dunia.

Tak lama kemudian, sosok Paus baru berdiri di balkon Basilika Santo Petrus.

Namun, ia bukan lagi sebagai pribadi biasa, melainkan sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Bagaimana? Sebuah proses yang sangat kompleks dan religius bukan?

Dalam film Conclave, konklaf digambarkan sebagai ajang intrik politik kotor, perebutan kekuasaan Machiavellisme, dan pembunuhan karakter, suatu narasi yang menarik bagi penonton sekuler yang terbiasa dengan drama politik. 

Penasaran dengan alur ceritanya? Simak sinopsis film Conclave berikut.

Sinopsis Film Conclave

Film ini bermula ketika sang Paus meninggal dunia karena serangan jantung. 

Pada saat itu, Kardinal Lawrance langsung menjabat sebagai dekan dewan kardinal dan harus menyiapkan proses Conclave.

Para Kardinal dari berbagai belahan dunia hadir untuk mengikuti proses pemilihan paus baru yang sangat tertutup tersebut. 

Seperti proses Konklaf di dunia nyata, para kardinal dikumpulkan dalam sebuah kapel yang dijaga ketat, agar tak terpengaruh oleh dunia luar.

Selama pemilihan, mereka terbagi dalam beberapa faksi dan masing-masing mendukung kandidat pilihannya.

Di tengah penyelidikannya, Kardinal Lawrance menemukan sebuah rahasia besar yang melibatkan Kardinal muda bernama Benitez.

Sementara itu, rumor mengenai kandidat kuat paus baru mulai beredar, salah satunya berasal dari Janusz Wozniak, Prefek rumah tangga kepausan.

Meski dihantui keraguan akan masa depan Gereja, Lawrance berusaha tetap fokus menjalankan amanah dari Paus sebelumnya.

Namun kegundahannya semakin dalam saat ia didatangi seseorang yang mengaku sebagai kardinal rahasia yang ditunjuk langsung oleh Paus.

Kabar mengejutkan itu pun mengguncang seluruh isi kapel.

Film ini juga mengangkat konflik spiritual dan politik dalam alur ceritanya,  berikut penjelasannya.

Film Conclave Melejit Usai Paus Fransiskus Wafat—Sinopsis & Fakta Mengejutkan di Balik Pemilihan Paus
24 Apr 2025 - Dbmedianews
Author: ⁠Rayhan Hidayat ⁠Rayhan Hidayat
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
30 1
 

DB NEWS - Setelah kematian Paus Fransiskus di usia 88 tahun pada Senin (21/4), popularitas film Conclave yang merupakan pemenang Oscar berdasarkan novel Robert Harris mengalami peningkatan secara signifikan.

Di tengah suasana duka dan penantian atas pemilihan Paus baru setelah wafatnya Paus Fransiskus, perhatian publik kembali tertuju pada film Conclave (2024).

Disutradarai oleh Edward Berger, film ini menggambarkan tradisi rahasia di balik proses pemilihan Paus baru setelah wafatnya seorang pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Dibintangi oleh nama-nama besar seperti Ralph Fiennes, John Lithgow, Stanley Tucci, Lucian Msamati, Isabella Rossellini, hingga Jacek Koman, Conclave menyoroti konflik politik dan spiritual di balik dinding Kapel Sistina.

Konklaf sendiri adalah sebuah momen penting dalam Gereja Katolik, yakni pertemuan para kardinal untuk memilih Paus pengganti ketika Paus sebelumnya wafat ataupun mengundurkan diri.

Sebelum lanjut ke pembahasan film Conclave, simak penjelasan lebih lanjut mengenai tradisi konklaf berikut.

(BACA JUGA: Wafatnya Paus Fransiskus Buat Duka Dunia, Kenang 8 Momen Bersejarah Kunjungannya ke Indonesia)

Tradisi Konklaf

Konklaf berasal dari bahasa Latin Cum Clave yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “dengan kunci”.

Sejauh mana proses konklaf benar-benar seketat yang digambarkan?

Dalam proses Konklaf, seluruh pintu dikunci rapat dan akses komunikasi dengan dunia luar diputus.

Para Kardinal berjubah merah pun memasuki masa penentuan paling berat dalam hidup mereka.

Tugas mereka bukan sekedar memilih pemimpin biasa, melainkan memilih satu sosok yang akan memimpin miliaran umat katolik di seluruh dunia.

Konklaf dilaksanakan jika dihadapkan dengan 2 keadaan, yakni ketika seorang Paus wafat atau mengundurkan diri.

Para kardinal akan berkumpul dengan jumlah maksimal 120 dan berusia di bawah 80 tahun untuk mewakili suara umat katolik di seluruh dunia dan suara hati nurani mereka sendiri.

Mereka datang dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang masalah dihadapi oleh umat katolik di daerah mereka masing-masing.

Saat Konklaf berlangsung, mereka tidak diperbolehkan membawa ponsel guna membatasi komunikasi dengan dunia luar.

Tak hanya itu, Garda Swiss akan berjaga untuk memastikan bahwa Konklaf berjalan dengan murni tanpa ada campur tangan dari siapapun.

Sebelum memasuki tahap pemungutan suara, para kardinal wajib mengikuti Misa khusus.

Hal tersebut bertujuan untuk mendapat pencerahan dari sang ilahi agar keputusan yang mereka sepakati mencerminkan kehendak Yang Maha Kuasa. 

Dalam satu hari, proses pemungutan suara untuk memilih Paus bisa dilakukan hingga empat kali.

Asap dari cerobong menjadi tanda bagi dunia luar, jika berwarna hitam, artinya belum ada yang terpilih dan jika berwarna putih, artinya Paus baru telah ditentukan.

Ketika akhirnya satu nama disepakati secara bulat, momen penuh emosi bagi sang terpilih pun dimulai. 

Paus terpilih akan dibawa ke sebuah ruangan kecil bernama Sala delle Lacrime, atau Ruang Air Mata.

Di ruangan sunyi itu, sambil mengenakan jubah putih yang sudah disiapkan dalam tiga ukuran, tak sedikit Paus yang meneteskan air mata dalam ruangan tersebut.

Bukan hanya karena tekanan besar, tetapi karena menyadari bahwa hidup mereka kini akan sepenuhnya didedikasikan untuk pelayanan umat katolik di seluruh dunia.

Tak lama kemudian, sosok Paus baru berdiri di balkon Basilika Santo Petrus.

Namun, ia bukan lagi sebagai pribadi biasa, melainkan sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

Bagaimana? Sebuah proses yang sangat kompleks dan religius bukan?

Dalam film Conclave, konklaf digambarkan sebagai ajang intrik politik kotor, perebutan kekuasaan Machiavellisme, dan pembunuhan karakter, suatu narasi yang menarik bagi penonton sekuler yang terbiasa dengan drama politik. 

Penasaran dengan alur ceritanya? Simak sinopsis film Conclave berikut.

Sinopsis Film Conclave

Film ini bermula ketika sang Paus meninggal dunia karena serangan jantung. 

Pada saat itu, Kardinal Lawrance langsung menjabat sebagai dekan dewan kardinal dan harus menyiapkan proses Conclave.

Para Kardinal dari berbagai belahan dunia hadir untuk mengikuti proses pemilihan paus baru yang sangat tertutup tersebut. 

Seperti proses Konklaf di dunia nyata, para kardinal dikumpulkan dalam sebuah kapel yang dijaga ketat, agar tak terpengaruh oleh dunia luar.

Selama pemilihan, mereka terbagi dalam beberapa faksi dan masing-masing mendukung kandidat pilihannya.

Di tengah penyelidikannya, Kardinal Lawrance menemukan sebuah rahasia besar yang melibatkan Kardinal muda bernama Benitez.

Sementara itu, rumor mengenai kandidat kuat paus baru mulai beredar, salah satunya berasal dari Janusz Wozniak, Prefek rumah tangga kepausan.

Meski dihantui keraguan akan masa depan Gereja, Lawrance berusaha tetap fokus menjalankan amanah dari Paus sebelumnya.

Namun kegundahannya semakin dalam saat ia didatangi seseorang yang mengaku sebagai kardinal rahasia yang ditunjuk langsung oleh Paus.

Kabar mengejutkan itu pun mengguncang seluruh isi kapel.

Film ini juga mengangkat konflik spiritual dan politik dalam alur ceritanya,  berikut penjelasannya.

Tautan telah disalin ke clipboard!