Huawei Diam-Diam Daftar Paten Baterai Termahal, Mampukah Saingi Tesla dan Toyota?
20 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Ahmad Dzul Ilmi Muis
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
13 1

Strategi Tiongkok dan Peta Persaingan Solid-State

Selama lebih dari satu dekade, Tiongkok menggelontorkan miliaran yuan demi mendominasi rantai pasok baterai kendaraan listrik—dari pertambangan litium hingga riset material berteknologi tinggi. 

Huawei, dalam konteks ini, mengambil posisi unik: bukan sebagai pembuat EV, tetapi sebagai pengendali teknologi dan pemilik paten.

Salah satu klaim paling menarik dari Huawei adalah kepemilikan paten atas proses sintesis elektrolit sulfida—material dengan konduktivitas ion tinggi dan harga lebih mahal dari emas. 

Elektrolit ini merupakan tulang punggung baterai solid-state. 

(BACA JUGA: Di Balik Aliansi Toyota dan Huawei: Masa Depan Mobil Listrik Tiongkok Ditentukan AI?)

Dengan menguasai teknologi produksinya, Huawei menempatkan diri sebagai penentu permainan di industri ini.

Tak hanya Huawei, pemain Tiongkok lain seperti Xiaomi dan Nio juga mulai membangun strategi serupa: mengembangkan teknologi inti dan menekan ketergantungan pada vendor luar. 

Jika sebelumnya produsen seperti Tesla masih mengandalkan Panasonic atau CATL, kini perusahaan-perusahaan Tiongkok ingin memiliki kendali penuh atas semua komponen.

Data menunjukkan tren besar ini: lebih dari 7.600 paten solid-state diajukan entitas Tiongkok setiap tahun—mencapai 36,7% dari total global. 

Namun dominasi kuantitas belum sebanding dengan kualitas dan kesiapan produksi massal. 

Banyak dari teknologi itu masih berupa prototipe atau tahap laboratorium.

Misalnya, CATL menargetkan produksi hybrid solid-state tahun 2027. 

Sementara WeLion telah memproduksi sel 50Ah bersertifikat nasional. 

Tapi tantangan besar tetap ada: biaya, skala produksi, dan daya tahan baterai jangka panjang.

Di sinilah Huawei ingin mengisi celah. 

Dengan lisensi paten, material eksklusif, dan inovasi proses produksi, mereka dapat menjadi “penjaga gerbang” teknologi solid-state global. 

Bukan hanya kompetitor, tetapi calon mitra wajib bagi siapa pun yang ingin ikut serta dalam revolusi EV generasi kedua.

Bagaimana respons para pemain besar dunia terhadap langkah Huawei ini?

Huawei Diam-Diam Daftar Paten Baterai Termahal, Mampukah Saingi Tesla dan Toyota?
20 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
13 1
 

Strategi Tiongkok dan Peta Persaingan Solid-State

Selama lebih dari satu dekade, Tiongkok menggelontorkan miliaran yuan demi mendominasi rantai pasok baterai kendaraan listrik—dari pertambangan litium hingga riset material berteknologi tinggi. 

Huawei, dalam konteks ini, mengambil posisi unik: bukan sebagai pembuat EV, tetapi sebagai pengendali teknologi dan pemilik paten.

Salah satu klaim paling menarik dari Huawei adalah kepemilikan paten atas proses sintesis elektrolit sulfida—material dengan konduktivitas ion tinggi dan harga lebih mahal dari emas. 

Elektrolit ini merupakan tulang punggung baterai solid-state. 

(BACA JUGA: Di Balik Aliansi Toyota dan Huawei: Masa Depan Mobil Listrik Tiongkok Ditentukan AI?)

Dengan menguasai teknologi produksinya, Huawei menempatkan diri sebagai penentu permainan di industri ini.

Tak hanya Huawei, pemain Tiongkok lain seperti Xiaomi dan Nio juga mulai membangun strategi serupa: mengembangkan teknologi inti dan menekan ketergantungan pada vendor luar. 

Jika sebelumnya produsen seperti Tesla masih mengandalkan Panasonic atau CATL, kini perusahaan-perusahaan Tiongkok ingin memiliki kendali penuh atas semua komponen.

Data menunjukkan tren besar ini: lebih dari 7.600 paten solid-state diajukan entitas Tiongkok setiap tahun—mencapai 36,7% dari total global. 

Namun dominasi kuantitas belum sebanding dengan kualitas dan kesiapan produksi massal. 

Banyak dari teknologi itu masih berupa prototipe atau tahap laboratorium.

Misalnya, CATL menargetkan produksi hybrid solid-state tahun 2027. 

Sementara WeLion telah memproduksi sel 50Ah bersertifikat nasional. 

Tapi tantangan besar tetap ada: biaya, skala produksi, dan daya tahan baterai jangka panjang.

Di sinilah Huawei ingin mengisi celah. 

Dengan lisensi paten, material eksklusif, dan inovasi proses produksi, mereka dapat menjadi “penjaga gerbang” teknologi solid-state global. 

Bukan hanya kompetitor, tetapi calon mitra wajib bagi siapa pun yang ingin ikut serta dalam revolusi EV generasi kedua.

Bagaimana respons para pemain besar dunia terhadap langkah Huawei ini?

Tautan telah disalin ke clipboard!