DB NEWS - Bipolar disorder atau gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem dari perasaan sangat bahagia dan penuh energi hingga perasaan sangat sedih dan putus asa.
Berasal dari kata bi (dua) dan polar (berlawanan), penderitanya dengan mudah berada pada fase manik dan depresif.
Fase manik adalah kondisi saat seseorang mengalami suasana hati yang sangat tinggi disertai dengan peningkatan energi dan aktivitas yang tidak biasa.
Gejala umumnya adalah merasakan euphoria bahagia di luar batas wajar, jam tidur sedikit namun masih bertenaga, percaya diri berlebihan, berperilaku impulsif, dan terlalu bersemangat seperti kelebihan energi.
Pada kasus yang parah, manik bisa menyebabkan halusinasi atau delusi, sehingga penderita kehilangan kontak dengan realitas.
Sementara fase depresif kebalikannya, situasi ini membuat seseorang merasa sangat sedih, kehilangan energi, dan tidak berminat pada hal-hal yang biasanya disukai.
Gejala dari fase rendah ini yang paling parah adalah memiliki pemikiran untuk menyakiti diri atau mengakhiri hidup.
Terdapat satu lagi fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase hipomania.
Hipomania adalah gejala bipolar berupa perubahan suasana hati yang tidak terlalu ekstrem atau lebih ringan bila dibandingkan dengan fase mania.
Ketika penderita berada dalam fase hipomania, penderita gangguan bipolar akan merasa lebih berenergi dan percaya diri namun tidak berlebihan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa penderita gangguan bipolar akan mengalami fase mania dan fase depresif secara bersamaan, kondisi tersebut dikenal dengan gejala campuran atau mixed state.
(BACA JUGA: 7 Cara Efektif Mengatur Waktu Harian agar Terhindar dari Burnout dan Overthinking)
Misalnya, penderita sedang merasa sangat bahagia tetapi beberapa saat kemudian merasa sangat sedih secara tiba-tiba.
Bipolar bukan sekadar "mood swing" biasa, perubahan suasana hati pada bipolar bisa sangat intens dan memengaruhi aktivitas sehari-hari secara signifikan.
Bayangkan emosi Anda seperti roller coaster—saat sedang bahagia, rasanya dunia milik sendiri, namun tak lama kemudian justru merasa runtuh tanpa sebab.
WHO pada tahun 2016 mencatat terdapat 60 juta penderita bipolar di dunia, dan setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Data Institute for Health Metrics and Evaluation pada tahun 2017 menyatakan jika penderita bipolar disorder masuk dalam peringkat kelima terbesar di Indonesia.
Dalam dunia medis, bipolar adalah gangguan mood kronis yang disebabkan masalah di neurotransmiter atau ketidakseimbangan kimiawi saraf di otak.
Kemudian hal ini membuat otak sulit untuk mengontrol kadar hormon, seperti noradrenalin, dopamin, dan serotonin.
Pada seseorang yang didiagnosa bipolar, koneksi di saraf terutama di otak bagian tengah mengalami masalah yang menyebabkan perubahan mood secara drastis.
Akan tetapi, terdapat beberapa faktor lain yang memicu penyakit jiwa ini, diantaranya adalah :
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran penting dalam gangguan bipolar.
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan bipolar disorder, risikonya untuk mengalaminya juga meningkat secara signifikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa bipolar tidak diturunkan secara langsung seperti warna mata yang artinya tidak semua orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan ini akan mengalaminya.
Penyalahgunaan alkohol atau narkoba tidak menyebabkan bipolar secara langsung, tetapi dapat memperparah gejala yang sudah ada, memicu gangguan pada individu yang rentan, membuat diagnosis dan pengobatan menjadi lebih rumit.
Beberapa zat, seperti amfetamin dan kokain bisa menimbulkan gejala manik sedangkan alkohol atau opioid bisa memperburuk depresi.
(BACA JUGA: Cara Menumbuhkan Self Love dan Percaya Diri Tanpa Terjebak Toxic Positivity, Stop Pura-pura Bahagia Sekarang!)
Kondisi lingkungan sekitar seringkali menjadi salah satu faktor utama munculnya gejala bipolar.
Contohnya seperti stres berat, trauma masa kecil, pola tidur yang tidak teratur, dan pengalaman hidup besar baik positif atau negatif.
Bipolar Disorder merupakan kondisi jangka panjang yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, namun bisa dikelola secara efektif.
Dengan penanganan yang tepat, penderita bipolar tetap dapat menjalani kehidupan yang produktif, stabil, dan normal.
Penanganan bipolar bukan hanya soal minum obat melainkan gabungan dari…
########
Penanganan bipolar bukan hanya soal minum obat melainkan gabungan dari berbagai strategi yaitu medis, psikologis, dan gaya hidup.
Berikut adalah penanganan untuk pengidap penyakit tersebut :
Obat-obatan medis adalah bagian penting dalam pengelolaan bipolar. Tujuannya adalah menstabilkan suasana hati, mencegah fase manik atau depresi, dan mengurangi intensitas gejala.
Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain adalah mood stabilizer, antipsikotik atipikal (untuk manik ekstrem), dan antidepresan. Obat harus dikonsumsi sesuai resep dokter dan tidak boleh dihentikan tiba-tiba.
Selain pengobatan medis, terapi psikologis memainkan peran besar dalam membantu penderita bipolar memahami pikirannya, mengelola stres, dan meningkatkan kualitas hidup.
Terapi juga membantu pasien mengenali tanda-tanda awal kekambuhan, sehingga bisa mengambil langkah pencegahan lebih awal.
Gaya hidup sehat sangat mempengaruhi kestabilan emosional penderita bipolar. Contohnya seperti mulai menjadwalkan tidur teratur, olahraga rutin, memenuhi nutrisi seimbang, dan melakukan manajemen stres (meditasi atau latihan pernafasan).
Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat penting. Orang dengan bipolar sering merasa terasing dan memiliki orang untuk bercerita bisa menekan gejala bipolar muncul.
(BACA JUGA: Ingin Mulai Hidup Lebih Sehat? Ini 5 Jenis Olahraga yang Paling Cocok untuk Pemula!)
Gangguan bipolar memerlukan pemantauan jangka panjang seperti mengikuti jadwal konsultasi dengan psikiater atau psikolog, melaporkan perubahan suasana hati atau efek samping obat, dan tidak berhenti minum obat tanpa persetujuan dokter.
Sering kali, penyesuaian pengobatan diperlukan seiring waktu karena setiap fase bisa berbeda.
Banyak orang dengan gangguan bipolar tetap bisa menjalani kehidupan yang produktif dan bahagia.
Kuncinya adalah memahami kondisi ini, menerima bantuan profesional, dan membangun sistem pendukung yang kuat.
Beberapa tokoh terkenal seperti Demi Lovato, Marshanda, dan Stephen Fry secara terbuka berbicara tentang hidup mereka dengan bipolar dan menunjukkan bahwa diagnosis bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan.
Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala bipolar, sangat penting untuk segera mencari bantuan profesional.
Gangguan ini tidak akan hilang dengan sendirinya, tetapi bisa ditangani secara efektif dengan perawatan yang tepat.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, langkah pertama menuju pemulihan dimulai dengan kesadaran dan keberanian untuk mencari bantuan. (*)
DB NEWS - Bipolar disorder atau gangguan bipolar adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem dari perasaan sangat bahagia dan penuh energi hingga perasaan sangat sedih dan putus asa.
Berasal dari kata bi (dua) dan polar (berlawanan), penderitanya dengan mudah berada pada fase manik dan depresif.
Fase manik adalah kondisi saat seseorang mengalami suasana hati yang sangat tinggi disertai dengan peningkatan energi dan aktivitas yang tidak biasa.
Gejala umumnya adalah merasakan euphoria bahagia di luar batas wajar, jam tidur sedikit namun masih bertenaga, percaya diri berlebihan, berperilaku impulsif, dan terlalu bersemangat seperti kelebihan energi.
Pada kasus yang parah, manik bisa menyebabkan halusinasi atau delusi, sehingga penderita kehilangan kontak dengan realitas.
Sementara fase depresif kebalikannya, situasi ini membuat seseorang merasa sangat sedih, kehilangan energi, dan tidak berminat pada hal-hal yang biasanya disukai.
Gejala dari fase rendah ini yang paling parah adalah memiliki pemikiran untuk menyakiti diri atau mengakhiri hidup.
Terdapat satu lagi fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase hipomania.
Hipomania adalah gejala bipolar berupa perubahan suasana hati yang tidak terlalu ekstrem atau lebih ringan bila dibandingkan dengan fase mania.
Ketika penderita berada dalam fase hipomania, penderita gangguan bipolar akan merasa lebih berenergi dan percaya diri namun tidak berlebihan.
Tidak menutup kemungkinan bahwa penderita gangguan bipolar akan mengalami fase mania dan fase depresif secara bersamaan, kondisi tersebut dikenal dengan gejala campuran atau mixed state.
(BACA JUGA: 7 Cara Efektif Mengatur Waktu Harian agar Terhindar dari Burnout dan Overthinking)
Misalnya, penderita sedang merasa sangat bahagia tetapi beberapa saat kemudian merasa sangat sedih secara tiba-tiba.
Bipolar bukan sekadar "mood swing" biasa, perubahan suasana hati pada bipolar bisa sangat intens dan memengaruhi aktivitas sehari-hari secara signifikan.
Bayangkan emosi Anda seperti roller coaster—saat sedang bahagia, rasanya dunia milik sendiri, namun tak lama kemudian justru merasa runtuh tanpa sebab.
WHO pada tahun 2016 mencatat terdapat 60 juta penderita bipolar di dunia, dan setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Data Institute for Health Metrics and Evaluation pada tahun 2017 menyatakan jika penderita bipolar disorder masuk dalam peringkat kelima terbesar di Indonesia.
Dalam dunia medis, bipolar adalah gangguan mood kronis yang disebabkan masalah di neurotransmiter atau ketidakseimbangan kimiawi saraf di otak.
Kemudian hal ini membuat otak sulit untuk mengontrol kadar hormon, seperti noradrenalin, dopamin, dan serotonin.
Pada seseorang yang didiagnosa bipolar, koneksi di saraf terutama di otak bagian tengah mengalami masalah yang menyebabkan perubahan mood secara drastis.
Akan tetapi, terdapat beberapa faktor lain yang memicu penyakit jiwa ini, diantaranya adalah :
Penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran penting dalam gangguan bipolar.
Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara kandung dengan bipolar disorder, risikonya untuk mengalaminya juga meningkat secara signifikan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa bipolar tidak diturunkan secara langsung seperti warna mata yang artinya tidak semua orang yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan ini akan mengalaminya.
Penyalahgunaan alkohol atau narkoba tidak menyebabkan bipolar secara langsung, tetapi dapat memperparah gejala yang sudah ada, memicu gangguan pada individu yang rentan, membuat diagnosis dan pengobatan menjadi lebih rumit.
Beberapa zat, seperti amfetamin dan kokain bisa menimbulkan gejala manik sedangkan alkohol atau opioid bisa memperburuk depresi.
(BACA JUGA: Cara Menumbuhkan Self Love dan Percaya Diri Tanpa Terjebak Toxic Positivity, Stop Pura-pura Bahagia Sekarang!)
Kondisi lingkungan sekitar seringkali menjadi salah satu faktor utama munculnya gejala bipolar.
Contohnya seperti stres berat, trauma masa kecil, pola tidur yang tidak teratur, dan pengalaman hidup besar baik positif atau negatif.
Bipolar Disorder merupakan kondisi jangka panjang yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, namun bisa dikelola secara efektif.
Dengan penanganan yang tepat, penderita bipolar tetap dapat menjalani kehidupan yang produktif, stabil, dan normal.
Penanganan bipolar bukan hanya soal minum obat melainkan gabungan dari…
########
Penanganan bipolar bukan hanya soal minum obat melainkan gabungan dari berbagai strategi yaitu medis, psikologis, dan gaya hidup.
Berikut adalah penanganan untuk pengidap penyakit tersebut :
Obat-obatan medis adalah bagian penting dalam pengelolaan bipolar. Tujuannya adalah menstabilkan suasana hati, mencegah fase manik atau depresi, dan mengurangi intensitas gejala.
Jenis-jenis obat yang digunakan antara lain adalah mood stabilizer, antipsikotik atipikal (untuk manik ekstrem), dan antidepresan. Obat harus dikonsumsi sesuai resep dokter dan tidak boleh dihentikan tiba-tiba.
Selain pengobatan medis, terapi psikologis memainkan peran besar dalam membantu penderita bipolar memahami pikirannya, mengelola stres, dan meningkatkan kualitas hidup.
Terapi juga membantu pasien mengenali tanda-tanda awal kekambuhan, sehingga bisa mengambil langkah pencegahan lebih awal.
Gaya hidup sehat sangat mempengaruhi kestabilan emosional penderita bipolar. Contohnya seperti mulai menjadwalkan tidur teratur, olahraga rutin, memenuhi nutrisi seimbang, dan melakukan manajemen stres (meditasi atau latihan pernafasan).
Dukungan dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangat penting. Orang dengan bipolar sering merasa terasing dan memiliki orang untuk bercerita bisa menekan gejala bipolar muncul.
(BACA JUGA: Ingin Mulai Hidup Lebih Sehat? Ini 5 Jenis Olahraga yang Paling Cocok untuk Pemula!)
Gangguan bipolar memerlukan pemantauan jangka panjang seperti mengikuti jadwal konsultasi dengan psikiater atau psikolog, melaporkan perubahan suasana hati atau efek samping obat, dan tidak berhenti minum obat tanpa persetujuan dokter.
Sering kali, penyesuaian pengobatan diperlukan seiring waktu karena setiap fase bisa berbeda.
Banyak orang dengan gangguan bipolar tetap bisa menjalani kehidupan yang produktif dan bahagia.
Kuncinya adalah memahami kondisi ini, menerima bantuan profesional, dan membangun sistem pendukung yang kuat.
Beberapa tokoh terkenal seperti Demi Lovato, Marshanda, dan Stephen Fry secara terbuka berbicara tentang hidup mereka dengan bipolar dan menunjukkan bahwa diagnosis bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan.
Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala bipolar, sangat penting untuk segera mencari bantuan profesional.
Gangguan ini tidak akan hilang dengan sendirinya, tetapi bisa ditangani secara efektif dengan perawatan yang tepat.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, langkah pertama menuju pemulihan dimulai dengan kesadaran dan keberanian untuk mencari bantuan. (*)