DB NEWS - Manten tebu yang menjadi ide cerita dari film Pabrik Gula adalah sebuah ritual mengarak dua batang tebu seolah dua manusia dalam prosesi pernikahan, sebagai simbol rasa syukur dan harapan pemilik pabrik dan para petani.
Ritual ini menjadi penanda awal dimulainya musim panen tebu persis seperti yang ditampilkan dalam film Pabrik Gula.
Secara keseluruhan, film horor terbaru satu ini mengisahkan tentang sekelompok buruh musiman di sebuah pabrik gula tua yang mengalami serangkaian kejadian mistis dan beberapa kecelakaan kerja.
Tradisi manten tebu dilakukan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keberkahan selama masa panen tebu.
Penyelenggaraannya dimulai dengan menentukan calon pengantin tebu lanang (pria) dan tebu wadon (wanita).
Biasanya, penyelenggaraannya dilengkapi tebu-tebu pengiring yang juga diambil dari perkebunan yang sama, satu hari sebelum acara.
Tebu-tebu ini akan dibersihkan, diberi pakaian, riasan, bahkan diberi nama.
(BACA JUGA: Capai 1 Juta Penonton, ‘Jumbo’ Pecahkan Rekor Sebagai Film Animasi Tanah Air Terlaris!)
Pada hari yang telah ditentukan, pasangan "pengantin" ini akan melakukan prosesi temu manten, khas pernikahan Jawa, lengkap dengan doa dan harapan yang dipanjatkan pada keduanya.
Setelah melewati tahap pemilihan tebu kualitas terbaik dan resmi jadi manten, tebu diarak di sekitar kompleks pabrik gula. Ini merupakan simbolisme meluaskan kabar bahagia ke semua orang.
Untuk mengiringi prosesi, dipilih pula sepasang perjaka dan perawan desa sebagai peraga pengantin manusia.
Mereka akan ikut dalam arak-arakan bersama pengantin tebu, dari kebun menuju pabrik gula.
Kehadiran manusia dalam prosesi ini memperkuat dimensi sakral sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi antara petani dan pengelola pabrik gula.
Ritual dilanjutkan dengan pembacaan doa dan penyajian sesajen seperti tumpeng, ayam ingkung, jenang merah-putih, jajanan pasar, dan kembang tujuh rupa.
Adapun tumpeng nasi kuning melambangkan gunung yang memberi kehidupan, sedangkan jajanan pasar adalah simbol keragaman rezeki.
Selain itu, penggunaan bunga melati dan kenanga dalam hiasan tebu juga memiliki makna khusus.
Bunga melati melambangkan kesederhanaan, sementara kenanga diyakini mengusir roh jahat.
Pasangan tebu yang menikah ini nantinya akan jadi tebu pertama yang diolah dalam mesin penggilingan pabrik gula, memulai perjalanan panjang proses penggilingan hasil panen tebu.
(BACA JUGA: Banyak yang Salah Paham! Ini Makna Sebenarnya dari The Last Supper yang Jarang Dibahas)
Arak-arakan kemudian akan berakhir ketika…
DB NEWS - Manten tebu yang menjadi ide cerita dari film Pabrik Gula adalah sebuah ritual mengarak dua batang tebu seolah dua manusia dalam prosesi pernikahan, sebagai simbol rasa syukur dan harapan pemilik pabrik dan para petani.
Ritual ini menjadi penanda awal dimulainya musim panen tebu persis seperti yang ditampilkan dalam film Pabrik Gula.
Secara keseluruhan, film horor terbaru satu ini mengisahkan tentang sekelompok buruh musiman di sebuah pabrik gula tua yang mengalami serangkaian kejadian mistis dan beberapa kecelakaan kerja.
Tradisi manten tebu dilakukan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keberkahan selama masa panen tebu.
Penyelenggaraannya dimulai dengan menentukan calon pengantin tebu lanang (pria) dan tebu wadon (wanita).
Biasanya, penyelenggaraannya dilengkapi tebu-tebu pengiring yang juga diambil dari perkebunan yang sama, satu hari sebelum acara.
Tebu-tebu ini akan dibersihkan, diberi pakaian, riasan, bahkan diberi nama.
(BACA JUGA: Capai 1 Juta Penonton, ‘Jumbo’ Pecahkan Rekor Sebagai Film Animasi Tanah Air Terlaris!)
Pada hari yang telah ditentukan, pasangan "pengantin" ini akan melakukan prosesi temu manten, khas pernikahan Jawa, lengkap dengan doa dan harapan yang dipanjatkan pada keduanya.
Setelah melewati tahap pemilihan tebu kualitas terbaik dan resmi jadi manten, tebu diarak di sekitar kompleks pabrik gula. Ini merupakan simbolisme meluaskan kabar bahagia ke semua orang.
Untuk mengiringi prosesi, dipilih pula sepasang perjaka dan perawan desa sebagai peraga pengantin manusia.
Mereka akan ikut dalam arak-arakan bersama pengantin tebu, dari kebun menuju pabrik gula.
Kehadiran manusia dalam prosesi ini memperkuat dimensi sakral sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi antara petani dan pengelola pabrik gula.
Ritual dilanjutkan dengan pembacaan doa dan penyajian sesajen seperti tumpeng, ayam ingkung, jenang merah-putih, jajanan pasar, dan kembang tujuh rupa.
Adapun tumpeng nasi kuning melambangkan gunung yang memberi kehidupan, sedangkan jajanan pasar adalah simbol keragaman rezeki.
Selain itu, penggunaan bunga melati dan kenanga dalam hiasan tebu juga memiliki makna khusus.
Bunga melati melambangkan kesederhanaan, sementara kenanga diyakini mengusir roh jahat.
Pasangan tebu yang menikah ini nantinya akan jadi tebu pertama yang diolah dalam mesin penggilingan pabrik gula, memulai perjalanan panjang proses penggilingan hasil panen tebu.
(BACA JUGA: Banyak yang Salah Paham! Ini Makna Sebenarnya dari The Last Supper yang Jarang Dibahas)
Arak-arakan kemudian akan berakhir ketika…