Polemik Tambang Nikel di Raja Ampat: Ancaman Lingkungan di Tengah Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia
05 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Naimatul Aini Sholehah
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
24 0

Ekspansi Tambang Nikel di Raja Ampat: Dampak Lingkungan dan Sosial

Raja Ampat, yang terdiri dari lebih dari 600 pulau, merupakan rumah bagi 75% untuk spesies terumbu karang di dunia, 1.400 jenis ikan-ikan karang, dan 700 invertebrata jenis moluska.

Namun, dalam 5 tahun terakhir, area tambang nikel di wilayah ini telah meningkat lebih dari 3 kali lipat, hingga mencapai luas  22.420 hektar. 

Kegiatan ini menyebabkan deforestasi, sedimentasi dan polusi air yang merusak terumbu karang dan membahayakan kehidupan laut.

(BACA JUGA: Dampak RUU TNI? LG Hengkang dari Investasi Raksasa Baterai EV di Indonesia)

Sedimentasi dari tambang mengalir ke laut, menyebabkan air menjadi keruh dan menutupi terumbu karang. Hal ini lah yang dapat mengurangi kualitas air dan mengganggu ekosistem laut. 

Jika dibiarkan tanpa mitigasi, dampaknya diperkirakan akan meluas, mencakup kerusakan ekosistem laut serta berpotensi mempengaruhi mata pencaharian masyarakat lokal.

Ketika sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan, penurunan hasil tangkapan ikan dan penurunan kualitas air di sekitar kawasan pertambangan pelan-pelan akan mengancam mata pencaharian mereka.

Dengan mempertimbangkan berbagai aspek itu lah, masyarakat bersama berbagai organisasi lingkungan hidup di Indonesia menyuarakan penolakan terhadap pembangun tambang.

Tak hanya sekedar seruan di media sosial, organisasi seperti Greenpeace Indonesia juga telah menyuarakan pendapatnya secara langsung kepada pemerintah.

(BACA JUGA: Varian Baru COVID-19 Melanda Asia! Ini Respons Cepat Kemenkes RI Cegah Gelombang Baru)

Simak seperti apa aksi yang dilakukan oleh masyarakat dan organisasi lingkungan di Indonesia di halaman berikutnya…

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Polemik Tambang Nikel di Raja Ampat: Ancaman Lingkungan di Tengah Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia
05 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Naimatul Aini Sholehah Naimatul Aini Sholehah
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
24 0
 

Ekspansi Tambang Nikel di Raja Ampat: Dampak Lingkungan dan Sosial

Raja Ampat, yang terdiri dari lebih dari 600 pulau, merupakan rumah bagi 75% untuk spesies terumbu karang di dunia, 1.400 jenis ikan-ikan karang, dan 700 invertebrata jenis moluska.

Namun, dalam 5 tahun terakhir, area tambang nikel di wilayah ini telah meningkat lebih dari 3 kali lipat, hingga mencapai luas  22.420 hektar. 

Kegiatan ini menyebabkan deforestasi, sedimentasi dan polusi air yang merusak terumbu karang dan membahayakan kehidupan laut.

(BACA JUGA: Dampak RUU TNI? LG Hengkang dari Investasi Raksasa Baterai EV di Indonesia)

Sedimentasi dari tambang mengalir ke laut, menyebabkan air menjadi keruh dan menutupi terumbu karang. Hal ini lah yang dapat mengurangi kualitas air dan mengganggu ekosistem laut. 

Jika dibiarkan tanpa mitigasi, dampaknya diperkirakan akan meluas, mencakup kerusakan ekosistem laut serta berpotensi mempengaruhi mata pencaharian masyarakat lokal.

Ketika sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan, penurunan hasil tangkapan ikan dan penurunan kualitas air di sekitar kawasan pertambangan pelan-pelan akan mengancam mata pencaharian mereka.

Dengan mempertimbangkan berbagai aspek itu lah, masyarakat bersama berbagai organisasi lingkungan hidup di Indonesia menyuarakan penolakan terhadap pembangun tambang.

Tak hanya sekedar seruan di media sosial, organisasi seperti Greenpeace Indonesia juga telah menyuarakan pendapatnya secara langsung kepada pemerintah.

(BACA JUGA: Varian Baru COVID-19 Melanda Asia! Ini Respons Cepat Kemenkes RI Cegah Gelombang Baru)

Simak seperti apa aksi yang dilakukan oleh masyarakat dan organisasi lingkungan di Indonesia di halaman berikutnya…

Tautan telah disalin ke clipboard!