DB NEWS - Film dokumenter “No Other Land” yang menceritakan konflik antara Palestina dan Israel berhasil meraih piala Oscar 2025.
Masuk ke dalam nominasi Documentary Feature Film, “No Other Land” berhasil memenangkan piala Oscar sebagai film dokumenter terbaik dalam kategori tersebut.
Disandingkan dengan film-film dokumenter lain seperti Black Box Diaries, Porcelain War, Soundtrack to a Coup d’Etat dan Sugar King, film karya Basel Adra dan timnya sukses mengambil hati dunia.
Film karya Basel Adra, Rachel Szor, Hamdan Ballal dan Yuval Abraham sukses mengambil simpati banyak orang di dunia.
Film dokumenter ini memperlihatkan seperti apa kondisi yang dialami oleh warga Palestina akibat dari konflik antara Palestina dan Israel yang berlangsung di wilayah Mesafer Yatta.
(BACA JUGA: Patung Oscar Hangus Terbakar? Fakta Mengejutkan di Balik Kebakaran Los Angeles!)
Mengambil latar belakang tempat di daerah Mesafer Yatta sebuah wilayah pegunungan indah dengan 20 desa Palestina kuno di bagian selatan tepi barat Palestina.
Pada tahun 1980, pihak militer Israel mengeluarkan deklarasi bahwa tanah Mesafer Yatta sebagai zona latihan militer tertutup yang berarti terlarang untuk warga Palestina.
Basel Adra, sutradara dari film dokumenter tersebut lahir di salah satu desa wilayah Mesafer Yatta pada tahun 1996 dan 3 tahun kemudian pihak militer Israel memerintahkan semua warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Mengisahkan dimulainya perjuangan untuk mempertahankan desa mereka dari pengusiran yang dipimpin oleh orang tua dan tetangga dari Basel.
Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan tanah tempat tinggal mereka, mulai dari pengajuan petisi oleh penduduk yang mendatangi pengacara Israel untuk diajukan pada pengadilan tinggi Israel pada tahun 2000.
(BACA JUGA: Misterius! Angka 1312 Mewarnai Tagar Kami Bersama Sukatani, Apa Artinya?)
Setelah menghadapi pertarungan hukum selama 2 dekade pada tahun 2022 pengadilan tinggi memberikan sinyal positif pada militer untuk melakukan pengusiran pada warga Palestina di Mesafer Yatta.
Tindakan pemindahan paksa terbesar yang dialami wilayah tepi barat Palestina dan penghancuran desa-desa serta mengusir sekitar 1.8000 warga dengan tujuan tanah tersebut akan digunakan sebagai tempat latihan tank militer milik Israel.
Tindakan ini menuai beragam reaksi negatif dari dunia dan dianggap sebagai tindak kejahatan perang oleh Amnesty Internasional dan pakar HAM PBB.
Menjadi film dokumenter pertama yang memperlihatkan kebijakan sistematis dari pengusiran paksa melalui pembongkaran rumah-rumah dan membuat warga di Mesafer Yatta kehilangan tempat tinggal, menjadi tunawisma dan memaksa mereka beralih ke kota di Palestina.
Dengan kondisi pemukiman yang padat dan tidak ada ruang untuk menggembala domba ataupun bertani, hal ini secara otomatis menghilangkan kebiasaan dan identitas dari warga Mesafer Yatta yang dulunya bekerja sebagai petani.
(BACA JUGA: Antrean Shell Membludak! Warga Ramai-ramai Pindah Buntut Kasus Pertamax Oplosan)
Salah satu cara pihak militer Israel mengusir warga adalah...
DB NEWS - Film dokumenter “No Other Land” yang menceritakan konflik antara Palestina dan Israel berhasil meraih piala Oscar 2025.
Masuk ke dalam nominasi Documentary Feature Film, “No Other Land” berhasil memenangkan piala Oscar sebagai film dokumenter terbaik dalam kategori tersebut.
Disandingkan dengan film-film dokumenter lain seperti Black Box Diaries, Porcelain War, Soundtrack to a Coup d’Etat dan Sugar King, film karya Basel Adra dan timnya sukses mengambil hati dunia.
Film karya Basel Adra, Rachel Szor, Hamdan Ballal dan Yuval Abraham sukses mengambil simpati banyak orang di dunia.
Film dokumenter ini memperlihatkan seperti apa kondisi yang dialami oleh warga Palestina akibat dari konflik antara Palestina dan Israel yang berlangsung di wilayah Mesafer Yatta.
(BACA JUGA: Patung Oscar Hangus Terbakar? Fakta Mengejutkan di Balik Kebakaran Los Angeles!)
Mengambil latar belakang tempat di daerah Mesafer Yatta sebuah wilayah pegunungan indah dengan 20 desa Palestina kuno di bagian selatan tepi barat Palestina.
Pada tahun 1980, pihak militer Israel mengeluarkan deklarasi bahwa tanah Mesafer Yatta sebagai zona latihan militer tertutup yang berarti terlarang untuk warga Palestina.
Basel Adra, sutradara dari film dokumenter tersebut lahir di salah satu desa wilayah Mesafer Yatta pada tahun 1996 dan 3 tahun kemudian pihak militer Israel memerintahkan semua warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Mengisahkan dimulainya perjuangan untuk mempertahankan desa mereka dari pengusiran yang dipimpin oleh orang tua dan tetangga dari Basel.
Segala upaya dilakukan untuk mempertahankan tanah tempat tinggal mereka, mulai dari pengajuan petisi oleh penduduk yang mendatangi pengacara Israel untuk diajukan pada pengadilan tinggi Israel pada tahun 2000.
(BACA JUGA: Misterius! Angka 1312 Mewarnai Tagar Kami Bersama Sukatani, Apa Artinya?)
Setelah menghadapi pertarungan hukum selama 2 dekade pada tahun 2022 pengadilan tinggi memberikan sinyal positif pada militer untuk melakukan pengusiran pada warga Palestina di Mesafer Yatta.
Tindakan pemindahan paksa terbesar yang dialami wilayah tepi barat Palestina dan penghancuran desa-desa serta mengusir sekitar 1.8000 warga dengan tujuan tanah tersebut akan digunakan sebagai tempat latihan tank militer milik Israel.
Tindakan ini menuai beragam reaksi negatif dari dunia dan dianggap sebagai tindak kejahatan perang oleh Amnesty Internasional dan pakar HAM PBB.
Menjadi film dokumenter pertama yang memperlihatkan kebijakan sistematis dari pengusiran paksa melalui pembongkaran rumah-rumah dan membuat warga di Mesafer Yatta kehilangan tempat tinggal, menjadi tunawisma dan memaksa mereka beralih ke kota di Palestina.
Dengan kondisi pemukiman yang padat dan tidak ada ruang untuk menggembala domba ataupun bertani, hal ini secara otomatis menghilangkan kebiasaan dan identitas dari warga Mesafer Yatta yang dulunya bekerja sebagai petani.
(BACA JUGA: Antrean Shell Membludak! Warga Ramai-ramai Pindah Buntut Kasus Pertamax Oplosan)
Salah satu cara pihak militer Israel mengusir warga adalah...