Tahun 2025 ini jelas menuntut para peserta untuk mampu mengganti strategi yang selama ini digunakan sejak berbagai tahun yang lalu.
Dengan sistem seperti sekarang, maka menjadikan peserta sudah tidak bisa lagi mencoba menebak-nebak batas nilai mereka berdasarkan data passing grade prodi.
Pasalnya, kali ini UTBK-SNBT 2025 sudah menganut sistem yang murni perankingan, sehingga menjadikan peserta yang memiliki skor tertinggi bisa diterima sesuai dengan kuota yang program studi sediakan.
Artinya, seluruh peserta sudah tidak bisa lagi jika ingin ‘bermain aman’ dengan sekedar memiliki prodi yang mereka anggap memiliki passing grade rendah.
Hal tersebut lantaran seberapa ketat persaingan untuk setiap program studi, bisa saja sangat fluktuatif dan bervariasi sehingga tidak ada patokan yang pasti.
(BACA JUGA: Jangan Ketinggalan! Ini Syarat dan Batas Waktu Pendaftaran KIP Kuliah 2025)
Kebijakan tersebut menjadikan seluruh sistem saat ini bergerak lebih dinamis, bergantung pada seperti apa nilai dan pemilihan para pesaing lainnya juga.
Jika membahas mengenai strategi, maka jusru pada poin ini, para peserta hendaknya tidak hanya lagi mengandalkan hafalan atau ‘target angka’ semata.
Akan tetapi, mereka sekarang harus bisa melihat persaingan tersebut dari sudut pandang yang jauh lebih kompetitif.
Mulai dari bagaimana pemilihan prodi yang cermat, mampu membaca seperti apa tren para pesaing lainnya hingga mereka semua dituntut untuk bisa memetakan peluang berdasarkan kombinasi akademik dan vokasinya.
Lalu, bagaimana cara menentukan kombinasi prodi yang paling optimal di tengah perubahan sistem yang terjadi saat ini? Simak penjelasan lebih lengkapnya pada halaman selanjutnya.
Tahun 2025 ini jelas menuntut para peserta untuk mampu mengganti strategi yang selama ini digunakan sejak berbagai tahun yang lalu.
Dengan sistem seperti sekarang, maka menjadikan peserta sudah tidak bisa lagi mencoba menebak-nebak batas nilai mereka berdasarkan data passing grade prodi.
Pasalnya, kali ini UTBK-SNBT 2025 sudah menganut sistem yang murni perankingan, sehingga menjadikan peserta yang memiliki skor tertinggi bisa diterima sesuai dengan kuota yang program studi sediakan.
Artinya, seluruh peserta sudah tidak bisa lagi jika ingin ‘bermain aman’ dengan sekedar memiliki prodi yang mereka anggap memiliki passing grade rendah.
Hal tersebut lantaran seberapa ketat persaingan untuk setiap program studi, bisa saja sangat fluktuatif dan bervariasi sehingga tidak ada patokan yang pasti.
(BACA JUGA: Jangan Ketinggalan! Ini Syarat dan Batas Waktu Pendaftaran KIP Kuliah 2025)
Kebijakan tersebut menjadikan seluruh sistem saat ini bergerak lebih dinamis, bergantung pada seperti apa nilai dan pemilihan para pesaing lainnya juga.
Jika membahas mengenai strategi, maka jusru pada poin ini, para peserta hendaknya tidak hanya lagi mengandalkan hafalan atau ‘target angka’ semata.
Akan tetapi, mereka sekarang harus bisa melihat persaingan tersebut dari sudut pandang yang jauh lebih kompetitif.
Mulai dari bagaimana pemilihan prodi yang cermat, mampu membaca seperti apa tren para pesaing lainnya hingga mereka semua dituntut untuk bisa memetakan peluang berdasarkan kombinasi akademik dan vokasinya.
Lalu, bagaimana cara menentukan kombinasi prodi yang paling optimal di tengah perubahan sistem yang terjadi saat ini? Simak penjelasan lebih lengkapnya pada halaman selanjutnya.