Seolah drama di lapangan belum cukup, sorotan tajam juga mengarah pada FIFA selaku penyelenggara.
Final ini menjadi saksi halftime show perdana dalam sejarah turnamen, menampilkan artis papan atas seperti Doja Cat dan J Balvin.
Namun, kemegahan pertunjukan itu harus dibayar mahal dengan mengorbankan integritas aturan permainan.
Jeda antar babak berlangsung selama 24 menit, jauh melampaui batas maksimal yang ditetapkan dalam Laws of the Game.
Pasal 7.2 dalam aturan yang dibuat oleh Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) dengan jelas menyatakan, "Pemain berhak atas jeda babak pertama yang tidak melebihi 15 menit."
(BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Diambang Perpisahan? Presiden FIFA Bocorkan Klub Baru Sang Bintang di Piala Dunia Antarklub 2025)
Kritik pedas dilontarkan oleh jurnalis senior The Times, Martyn Ziegler.
"Apa gunanya FIFA mengaku menjunjung tinggi Laws of the Game kalau mereka sendiri melanggar aturan maksimal 15 menit jeda babak cuma demi pertunjukan 24 menit milik Infantino??" tulisnya di media sosial X.
Pelanggaran ini menjadi preseden buruk dan memicu kekhawatiran atas komersialisasi sepak bola yang mengesampingkan aturan fundamental.
Insiden ini menambah daftar panjang isu terkait kepemimpinan Gianni Infantino dan menimbulkan pertanyaan serius tentang arah turnamen FIFA di masa depan, termasuk Piala Dunia 2026 yang juga akan digelar di Amerika Serikat.
Kemenangan Chelsea memang gemilang, namun final ini akan lebih dikenang karena kontroversinya.
Bagi FIFA, ini adalah pengingat keras bahwa menjaga integritas permainan harus selalu menjadi prioritas utama di atas kemewahan dan hiburan semata.
Disclaimer: Sebagian proses pembuatan artikel ini dibantu oleh teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun, seluruh konten telah melalui proses kurasi, verifikasi, dan penyuntingan oleh tim redaksi DB News untuk memastikan keakuratan dan kualitas informasi yang disajikan. (*)
Seolah drama di lapangan belum cukup, sorotan tajam juga mengarah pada FIFA selaku penyelenggara.
Final ini menjadi saksi halftime show perdana dalam sejarah turnamen, menampilkan artis papan atas seperti Doja Cat dan J Balvin.
Namun, kemegahan pertunjukan itu harus dibayar mahal dengan mengorbankan integritas aturan permainan.
Jeda antar babak berlangsung selama 24 menit, jauh melampaui batas maksimal yang ditetapkan dalam Laws of the Game.
Pasal 7.2 dalam aturan yang dibuat oleh Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) dengan jelas menyatakan, "Pemain berhak atas jeda babak pertama yang tidak melebihi 15 menit."
(BACA JUGA: Cristiano Ronaldo Diambang Perpisahan? Presiden FIFA Bocorkan Klub Baru Sang Bintang di Piala Dunia Antarklub 2025)
Kritik pedas dilontarkan oleh jurnalis senior The Times, Martyn Ziegler.
"Apa gunanya FIFA mengaku menjunjung tinggi Laws of the Game kalau mereka sendiri melanggar aturan maksimal 15 menit jeda babak cuma demi pertunjukan 24 menit milik Infantino??" tulisnya di media sosial X.
Pelanggaran ini menjadi preseden buruk dan memicu kekhawatiran atas komersialisasi sepak bola yang mengesampingkan aturan fundamental.
Insiden ini menambah daftar panjang isu terkait kepemimpinan Gianni Infantino dan menimbulkan pertanyaan serius tentang arah turnamen FIFA di masa depan, termasuk Piala Dunia 2026 yang juga akan digelar di Amerika Serikat.
Kemenangan Chelsea memang gemilang, namun final ini akan lebih dikenang karena kontroversinya.
Bagi FIFA, ini adalah pengingat keras bahwa menjaga integritas permainan harus selalu menjadi prioritas utama di atas kemewahan dan hiburan semata.
Disclaimer: Sebagian proses pembuatan artikel ini dibantu oleh teknologi kecerdasan buatan (AI). Namun, seluruh konten telah melalui proses kurasi, verifikasi, dan penyuntingan oleh tim redaksi DB News untuk memastikan keakuratan dan kualitas informasi yang disajikan. (*)