Adapun bacaan niat sebelum melaksanakan shalat malam Lailatul Qadar sebagai berikut.
أُصَلِّى سُنَّةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatan fi lailatul qadri rak'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'ala.
Artinya: “Saya niat sholat sunnah Lailatul Qadar dua rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala. Allahu Akbar,"
Salah satu keistimewaan dari ibadah malam Lailatul Qadar adalah bacaan istighfar yang berbeda dari biasanya dan dibaca sebanyak 70 kali.
Bacaan istighfar ini diajarkan oleh Rasulullah SAW khusus untuk malam Lailatul Qadar, berbeda dengan istighfar sehari-hari yang biasa kita baca.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaha wa atubu ilayhi.
Artinya: “Aku memohon ampunan Allah dan aku bertobat kepada-Nya,”
Di malam yang penuh kemuliaan ini, terdapat doa khusus yang jangan sampai ditinggalkan.
Doa ini sangat pendek dan mudah diamalkan, namun memiliki keutamaan luar biasa.
Bacaan doa yang dianjurkan Rasulullah SAW ketika memasuki malam-malam terakhir Ramadhan, khususnya malam 27 yaitu sebagai berikut.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
Artinya: “Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku,”
Anjuran membaca doa tersebut berdasarkan riwayat Aisyah
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ: أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ: "قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي" رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ غَيْرَ أَبِي دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِ
Artinya: “Dari sayyidah Aisyah RA, ia bercerita, ia pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengerti sebuah malam itu adalah lailatul qadar. Bagaimana doa yang harus kubaca?' Rasulullah SAW menjawab, 'Bacalah, 'Allahumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni,” (HR lima imam Hadits kecuali Imam Abu Dawud. Hadits ini diakui shahih oleh Imam A-Tirmidzi dan Al-Hakim). (*)
Adapun bacaan niat sebelum melaksanakan shalat malam Lailatul Qadar sebagai berikut.
أُصَلِّى سُنَّةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushalli sunnatan fi lailatul qadri rak'ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta'ala.
Artinya: “Saya niat sholat sunnah Lailatul Qadar dua rakaat dengan menghadap kiblat, karena Allah Ta'ala. Allahu Akbar,"
Salah satu keistimewaan dari ibadah malam Lailatul Qadar adalah bacaan istighfar yang berbeda dari biasanya dan dibaca sebanyak 70 kali.
Bacaan istighfar ini diajarkan oleh Rasulullah SAW khusus untuk malam Lailatul Qadar, berbeda dengan istighfar sehari-hari yang biasa kita baca.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullaha wa atubu ilayhi.
Artinya: “Aku memohon ampunan Allah dan aku bertobat kepada-Nya,”
Di malam yang penuh kemuliaan ini, terdapat doa khusus yang jangan sampai ditinggalkan.
Doa ini sangat pendek dan mudah diamalkan, namun memiliki keutamaan luar biasa.
Bacaan doa yang dianjurkan Rasulullah SAW ketika memasuki malam-malam terakhir Ramadhan, khususnya malam 27 yaitu sebagai berikut.
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni
Artinya: “Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku,”
Anjuran membaca doa tersebut berdasarkan riwayat Aisyah
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ: أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ اَلْقَدْرِ, مَا أَقُولُ فِيهَا? قَالَ: "قُولِي: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي" رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ غَيْرَ أَبِي دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِ
Artinya: “Dari sayyidah Aisyah RA, ia bercerita, ia pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mengerti sebuah malam itu adalah lailatul qadar. Bagaimana doa yang harus kubaca?' Rasulullah SAW menjawab, 'Bacalah, 'Allahumma innaka afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni,” (HR lima imam Hadits kecuali Imam Abu Dawud. Hadits ini diakui shahih oleh Imam A-Tirmidzi dan Al-Hakim). (*)