Memiliki akses energi adalah hak dasar manusia dan bukan semata komoditas. Energi yang bersih, terjangkau, dan berkelanjutan harus menjadi bagian dari hak hidup yang layak—seperti halnya air bersih dan pendidikan.
Konsep ini mulai diadopsi di beberapa forum internasional, termasuk dalam wacana PBB untuk mengintegrasikan energi bersih ke dalam agenda hak asasi manusia.
(BACA JUGA: Menggali Makna Halal Bihalal: Tradisi Unik Indonesia yang Mempererat Silaturahmi Pasca Lebaran)
Jika energi dianggap hak, maka ketidakadilan dalam distribusinya bukan sekadar tantangan teknis, tetapi pelanggaran yang harus diperbaiki.
Terkadang beberapa masyarakat pelosok di berbagai wilayah yang tersebar di dunia, masih sulit untuk mendapatkan saluran energi.
Jangankan menjalankan kampanye energi terbarukan, aliran listrik yang menjadi dasar kebutuhan sehari-hari saja bisa sangat sulit untuk mereka jangkau.
Untuk itu pemerataan amat sangat dibutuhkan, bukan hanya kota-kota besar dunia. Namun, setiap daerah hingga kota dan desa-desa kecil berhak mendapatkan sumber energi untuk memenuhi kehidupan mereka.
Energi bersih dianggap mewah di daerah pelosok karena faktor biaya awal yang relatif tinggi, kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya infrastruktur pendukung.
(BACA JUGA: Ramai Beli Emas Usai Lebaran 2025: Strategi Investasi atau Tren Konsumtif?)
Apalagi masyarakat desa cenderung mengandalkan sumber daya alam secara tradisional, hal ini lah yang membuat mereka sulit untuk mengikuti zaman dan beralih ke teknologi baru.
Memudahkan akses untuk hak-hak dasar akan menjadi langkah awal dari realisasi kampanye ini, ketika kebutuhan dalam keseharian mereka terpenuhi, masyarakat akan mulai membuka mata pada isu-isu lain.
Karena pada dasarnya energi adalah hak setiap orang, setelah mengajarkan serta memberikan pengertian pada masyarakat tentang betapa pentingnya peralihan pada energi terbarukan.
Partisipasi dan suara mereka, akan menjadi dukungan terbesar demi pelaksanaan kampanye ini.
Hal ini yang menjadi esensi dari tema “Kekuatan Kita, Planet Kita”—bahwa kekuatan kolektif kita mampu mendobrak sistem yang timpang dan membangun masa depan yang adil bagi semua.
(BACA JUGA: Tarif Impor AS Naik Tajam! Sri Mulyani Umumkan 4 Jurus Lindungi Pengusaha RI dari Guncangan Global)
Selain itu peran pemerintah untuk mengawal perealisasian serta keikutsertaan dan pengertian dari pelaku industri juga amat penting.
Karena tanpa pengertian dari mereka, pelaksanaan niat baik ini tidak dapat terjadi.
Bangladesh menjadi salah satu negara yang memimpin penggunaan energi terbarukan di dunia.
Negara itu memiliki potensi surya yang melimpah sehingga hal tersebut dimanfaatkan untuk membuat energi yang berasal dari tenaga surya.
Tercatat Bangladesh berhasil menghasilkan 732,26 MW listrik dari sumber energi terbarukan seperti; tenaga surya, tenaga air dan sumber energi terbarukan lainnya.
(BACA JUGA: Tarif Trump Naik 32 Persen, Chatib Basri Desak Pemerintah Ubah Krisis Jadi Peluang Ekonomi Nasional!)
Pemerintah mereka telah menetapkan berbagai proyek dengan sasaran 2624 MW energi terbarukan yang tengah dalam tahap produksi, perencanaan dan implementasi.
Keberhasilan tersebut menjadi pendorong bagi Indonesia menandatangani MoU untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di Bangladesh pada tahun 2024.
Perjanjian tersebut dibuat melalui perwakilan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan Coal Power Generation Company Bangladesh Limited (CPGCBL).
CFO Pertamina NRE, Nelwin Aldriansyah, mengatakan kerjasama ini diharapkan akan dapat menjadi pondasi untuk mendorong pertumbuhan menuju keamanan energi bagi kedua pihak.
“Saya yakin kemitraan strategis ini menjadi pondasi untuk kerja sama yang tidak hanya akan meningkatkan kemampuan operasional kami, tetapi juga mendorong pertumbuhan, inovasi, kesuksesan bersama, serta mendukung keamanan energi nasional Bangladesh,” ucapnya.
(BACA JUGA: Evakuasi 1.000 Warga Gaza oleh Prabowo: Murni Kemanusiaan atau Konspirasi AS?)
Kolaborasi yang sudah dijalankan ini diharapkan akan segera memberikan dampak baik bagi transisi energi yang adil sesuai dengan SDGs, untuk mendukung ketahanan nasional.
Seperti apa harapan dan seruan aksi untuk kampanye Hari Bumi tahun ini? Simak di halaman selanjutnya…
Memiliki akses energi adalah hak dasar manusia dan bukan semata komoditas. Energi yang bersih, terjangkau, dan berkelanjutan harus menjadi bagian dari hak hidup yang layak—seperti halnya air bersih dan pendidikan.
Konsep ini mulai diadopsi di beberapa forum internasional, termasuk dalam wacana PBB untuk mengintegrasikan energi bersih ke dalam agenda hak asasi manusia.
(BACA JUGA: Menggali Makna Halal Bihalal: Tradisi Unik Indonesia yang Mempererat Silaturahmi Pasca Lebaran)
Jika energi dianggap hak, maka ketidakadilan dalam distribusinya bukan sekadar tantangan teknis, tetapi pelanggaran yang harus diperbaiki.
Terkadang beberapa masyarakat pelosok di berbagai wilayah yang tersebar di dunia, masih sulit untuk mendapatkan saluran energi.
Jangankan menjalankan kampanye energi terbarukan, aliran listrik yang menjadi dasar kebutuhan sehari-hari saja bisa sangat sulit untuk mereka jangkau.
Untuk itu pemerataan amat sangat dibutuhkan, bukan hanya kota-kota besar dunia. Namun, setiap daerah hingga kota dan desa-desa kecil berhak mendapatkan sumber energi untuk memenuhi kehidupan mereka.
Energi bersih dianggap mewah di daerah pelosok karena faktor biaya awal yang relatif tinggi, kurangnya kesadaran masyarakat dan kurangnya infrastruktur pendukung.
(BACA JUGA: Ramai Beli Emas Usai Lebaran 2025: Strategi Investasi atau Tren Konsumtif?)
Apalagi masyarakat desa cenderung mengandalkan sumber daya alam secara tradisional, hal ini lah yang membuat mereka sulit untuk mengikuti zaman dan beralih ke teknologi baru.
Memudahkan akses untuk hak-hak dasar akan menjadi langkah awal dari realisasi kampanye ini, ketika kebutuhan dalam keseharian mereka terpenuhi, masyarakat akan mulai membuka mata pada isu-isu lain.
Karena pada dasarnya energi adalah hak setiap orang, setelah mengajarkan serta memberikan pengertian pada masyarakat tentang betapa pentingnya peralihan pada energi terbarukan.
Partisipasi dan suara mereka, akan menjadi dukungan terbesar demi pelaksanaan kampanye ini.
Hal ini yang menjadi esensi dari tema “Kekuatan Kita, Planet Kita”—bahwa kekuatan kolektif kita mampu mendobrak sistem yang timpang dan membangun masa depan yang adil bagi semua.
(BACA JUGA: Tarif Impor AS Naik Tajam! Sri Mulyani Umumkan 4 Jurus Lindungi Pengusaha RI dari Guncangan Global)
Selain itu peran pemerintah untuk mengawal perealisasian serta keikutsertaan dan pengertian dari pelaku industri juga amat penting.
Karena tanpa pengertian dari mereka, pelaksanaan niat baik ini tidak dapat terjadi.
Bangladesh menjadi salah satu negara yang memimpin penggunaan energi terbarukan di dunia.
Negara itu memiliki potensi surya yang melimpah sehingga hal tersebut dimanfaatkan untuk membuat energi yang berasal dari tenaga surya.
Tercatat Bangladesh berhasil menghasilkan 732,26 MW listrik dari sumber energi terbarukan seperti; tenaga surya, tenaga air dan sumber energi terbarukan lainnya.
(BACA JUGA: Tarif Trump Naik 32 Persen, Chatib Basri Desak Pemerintah Ubah Krisis Jadi Peluang Ekonomi Nasional!)
Pemerintah mereka telah menetapkan berbagai proyek dengan sasaran 2624 MW energi terbarukan yang tengah dalam tahap produksi, perencanaan dan implementasi.
Keberhasilan tersebut menjadi pendorong bagi Indonesia menandatangani MoU untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya di Bangladesh pada tahun 2024.
Perjanjian tersebut dibuat melalui perwakilan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan Coal Power Generation Company Bangladesh Limited (CPGCBL).
CFO Pertamina NRE, Nelwin Aldriansyah, mengatakan kerjasama ini diharapkan akan dapat menjadi pondasi untuk mendorong pertumbuhan menuju keamanan energi bagi kedua pihak.
“Saya yakin kemitraan strategis ini menjadi pondasi untuk kerja sama yang tidak hanya akan meningkatkan kemampuan operasional kami, tetapi juga mendorong pertumbuhan, inovasi, kesuksesan bersama, serta mendukung keamanan energi nasional Bangladesh,” ucapnya.
(BACA JUGA: Evakuasi 1.000 Warga Gaza oleh Prabowo: Murni Kemanusiaan atau Konspirasi AS?)
Kolaborasi yang sudah dijalankan ini diharapkan akan segera memberikan dampak baik bagi transisi energi yang adil sesuai dengan SDGs, untuk mendukung ketahanan nasional.
Seperti apa harapan dan seruan aksi untuk kampanye Hari Bumi tahun ini? Simak di halaman selanjutnya…