Kemenangan Jojo semakin spesial karena ia kini berstatus sebagai atlet independen, setelah memutuskan keluar dari Pelatnas PBSI.
Meski demikian, dalam pernyataannya, Jonatan menegaskan bahwa status tersebut tidak mengubah komitmennya untuk tetap mengharumkan nama Indonesia.
(BACA JUGA: Setelah 18 Tahun Penantian, Harry Kane Akhirnya Angkat Trofi Pertama di Bayern Muenchen)
“Ya sama sekali ngga ada perbedaan. Kan sama-sama membela Indonesia, itu yang terpenting,” ungkapnya.
Pernyataan ini menjadi bukti bahwa nasionalisme tak harus terikat pada institusi, melainkan ditunjukkan lewat dedikasi dan performa di lapangan.
Langkah Jojo sebagai atlet independen juga menunjukkan sisi profesionalisme yang tinggi.
Ia tidak lagi bergantung pada sistem pelatnas, melainkan mampu mengelola pelatihan dan persiapan secara mandiri.
Hal ini tentu menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda bahwa konsistensi, mental kuat, dan tekad bisa membawa seseorang bersinar bahkan tanpa sistem konvensional.
(BACA JUGA: Dominasi Inggris di Eropa: MU, Tottenham & Chelsea Tembus Final UEFA 2025!)
Langkah Jonatan sebagai atlet mandiri tidak terjadi secara instan. Perjalan panjang yang ia tempuh sejak usia remaja di PB Tangkas menjadi pondasi kuat dalam membentuk karakter dan profesionalisme yang tersaji hari ini.
Jonatan Christie memulai karirnya sejak usia belia di PB Tangkas Jakarta, salah satu klub bulutangkis ternama di Indonesia.
Bakatnya mulai terlihat saat ia menembus semifinal Kejuaraan Nasional 2012 di Solo dan langsung dipanggil masuk Pelatnas Cipayung.
Pada usia 15 tahun, ia berhasil meraih gelar internasional pertamanya di ajang Indonesia International Challenge.
Karirnya terus menanjak, termasuk menjadi finalis Thailand Open Grand Prix dan Korea Open 2017.
(BACA JUGA: Debut Sensasional! Veda Ega Pratama Nyaris Podium di JuniorGP, Mimpi MotoGP Semakin Dekat!)
Tahun 2017 menjadi momentum emas ketika Jojo membawa pulang medali emas SEA Games di nomor tunggal dan beregu putra.
Kemudian, pada Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, ia mempersembahkan medali emas dengan mengalahkan Chou Tien Chen dari Taiwan—momen yang mengangkat namanya ke level Asia dan dunia.
Meski sempat puasa gelar selama 2020-2021, Jojo bangkit dengan memenangkan Swiss Open 2022 dan mencapai beberapa final penting, termasuk Korea Open dan Kejuaraan Asia.
Puncaknya adalah All England 2024, gelar prestisius yang memperkuat reputasinya sebagai tunggal putra elite dunia.
Kemenangan di Indonesia Open 2025 bukan sekadar tiket ke babak 16 besar bagi Jonatan Christie.
(BACA JUGA: Drama di Jerez! Alex Marquez Menang Telak dan Rebut Tahta MotoGP Spanyol 2025, Geser Marc Marquez di Klasemen!)
Ini adalah simbol kebangkitan dan validasi kapasitasnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia, bahkan tanpa status Pelatnas.
Adaptasi, semangat pantang menyerah, dan nasionalisme yang kuat menjadi kekuatan utama di balik suksesnya.
Pantau terus perkembangan para wakil Indonesia di babak 16 besar Indonesia Open 2025, hanya di kanal berita DB News.(*)
Kemenangan Jojo semakin spesial karena ia kini berstatus sebagai atlet independen, setelah memutuskan keluar dari Pelatnas PBSI.
Meski demikian, dalam pernyataannya, Jonatan menegaskan bahwa status tersebut tidak mengubah komitmennya untuk tetap mengharumkan nama Indonesia.
(BACA JUGA: Setelah 18 Tahun Penantian, Harry Kane Akhirnya Angkat Trofi Pertama di Bayern Muenchen)
“Ya sama sekali ngga ada perbedaan. Kan sama-sama membela Indonesia, itu yang terpenting,” ungkapnya.
Pernyataan ini menjadi bukti bahwa nasionalisme tak harus terikat pada institusi, melainkan ditunjukkan lewat dedikasi dan performa di lapangan.
Langkah Jojo sebagai atlet independen juga menunjukkan sisi profesionalisme yang tinggi.
Ia tidak lagi bergantung pada sistem pelatnas, melainkan mampu mengelola pelatihan dan persiapan secara mandiri.
Hal ini tentu menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda bahwa konsistensi, mental kuat, dan tekad bisa membawa seseorang bersinar bahkan tanpa sistem konvensional.
(BACA JUGA: Dominasi Inggris di Eropa: MU, Tottenham & Chelsea Tembus Final UEFA 2025!)
Langkah Jonatan sebagai atlet mandiri tidak terjadi secara instan. Perjalan panjang yang ia tempuh sejak usia remaja di PB Tangkas menjadi pondasi kuat dalam membentuk karakter dan profesionalisme yang tersaji hari ini.
Jonatan Christie memulai karirnya sejak usia belia di PB Tangkas Jakarta, salah satu klub bulutangkis ternama di Indonesia.
Bakatnya mulai terlihat saat ia menembus semifinal Kejuaraan Nasional 2012 di Solo dan langsung dipanggil masuk Pelatnas Cipayung.
Pada usia 15 tahun, ia berhasil meraih gelar internasional pertamanya di ajang Indonesia International Challenge.
Karirnya terus menanjak, termasuk menjadi finalis Thailand Open Grand Prix dan Korea Open 2017.
(BACA JUGA: Debut Sensasional! Veda Ega Pratama Nyaris Podium di JuniorGP, Mimpi MotoGP Semakin Dekat!)
Tahun 2017 menjadi momentum emas ketika Jojo membawa pulang medali emas SEA Games di nomor tunggal dan beregu putra.
Kemudian, pada Asian Games 2018 Jakarta-Palembang, ia mempersembahkan medali emas dengan mengalahkan Chou Tien Chen dari Taiwan—momen yang mengangkat namanya ke level Asia dan dunia.
Meski sempat puasa gelar selama 2020-2021, Jojo bangkit dengan memenangkan Swiss Open 2022 dan mencapai beberapa final penting, termasuk Korea Open dan Kejuaraan Asia.
Puncaknya adalah All England 2024, gelar prestisius yang memperkuat reputasinya sebagai tunggal putra elite dunia.
Kemenangan di Indonesia Open 2025 bukan sekadar tiket ke babak 16 besar bagi Jonatan Christie.
(BACA JUGA: Drama di Jerez! Alex Marquez Menang Telak dan Rebut Tahta MotoGP Spanyol 2025, Geser Marc Marquez di Klasemen!)
Ini adalah simbol kebangkitan dan validasi kapasitasnya sebagai salah satu pemain terbaik dunia, bahkan tanpa status Pelatnas.
Adaptasi, semangat pantang menyerah, dan nasionalisme yang kuat menjadi kekuatan utama di balik suksesnya.
Pantau terus perkembangan para wakil Indonesia di babak 16 besar Indonesia Open 2025, hanya di kanal berita DB News.(*)