Salah satu aspek paling menarik dari MBTI adalah bagaimana seseorang mengambil keputusan: Thinking (T) atau Feeling (F).
Thinking (T)
Orang dengan preferensi Thinking lebih suka membuat keputusan secara logis dan objektif. Mereka:
Feeling (F)
Sebaliknya, orang dengan preferensi Feeling membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan dampaknya terhadap orang lain. Mereka:
Keduanya tidak ada yang lebih baik atau buruk, karena masing-masing memiliki keunggulan tergantung konteksnya.
Pertanyaan yang sering muncul adalah: “Apakah MBTI benar-benar menggambarkan sifat asli kita?”, jawabannya cukup kompleks.
MBTI bisa memberi gambaran tentang sifat atau kepribadian kita sesuai dengan jawaban yang kita pilih dalam tesnya, tapi hasil tersebut tidak bersifat mutlak.
MBTI bisa menjadi alat refleksi yang membantu mengenali pola perilaku dan cara berpikir. Namun, hasil MBTI bukan label tetap.
Kepribadian manusia sangat dinamis dan bisa dipengaruhi oleh pengalaman, lingkungan, usia, dan perubahan hidup.
Contohnya:
Contoh lainnya, Dita, seorang guru SD, awalnya merasa dirinya tipe Thinking. Namun setelah bekerja 3 tahun, ia menyadari bahwa empatinya terhadap murid berkembang dan berubah menjadi Feeling.
Hasil MBTI kita bisa berubah seiring berjalannya waktu, beberapa orang melaporkan hasil MBTI yang berbeda ketika mengulang tes setelah beberapa tahun.
Hal ini wajar karena kepribadian manusia fleksibel dan berkembang. MBTI lebih tepat digunakan sebagai alat pengembangan diri, bukan pengklasifikasi tetap.
Simak juga manfaat dari pengetahuan akan MBTI dalam kehidupan sehari-hari di halaman selanjutnya…
Salah satu aspek paling menarik dari MBTI adalah bagaimana seseorang mengambil keputusan: Thinking (T) atau Feeling (F).
Thinking (T)
Orang dengan preferensi Thinking lebih suka membuat keputusan secara logis dan objektif. Mereka:
Feeling (F)
Sebaliknya, orang dengan preferensi Feeling membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan dampaknya terhadap orang lain. Mereka:
Keduanya tidak ada yang lebih baik atau buruk, karena masing-masing memiliki keunggulan tergantung konteksnya.
Pertanyaan yang sering muncul adalah: “Apakah MBTI benar-benar menggambarkan sifat asli kita?”, jawabannya cukup kompleks.
MBTI bisa memberi gambaran tentang sifat atau kepribadian kita sesuai dengan jawaban yang kita pilih dalam tesnya, tapi hasil tersebut tidak bersifat mutlak.
MBTI bisa menjadi alat refleksi yang membantu mengenali pola perilaku dan cara berpikir. Namun, hasil MBTI bukan label tetap.
Kepribadian manusia sangat dinamis dan bisa dipengaruhi oleh pengalaman, lingkungan, usia, dan perubahan hidup.
Contohnya:
Contoh lainnya, Dita, seorang guru SD, awalnya merasa dirinya tipe Thinking. Namun setelah bekerja 3 tahun, ia menyadari bahwa empatinya terhadap murid berkembang dan berubah menjadi Feeling.
Hasil MBTI kita bisa berubah seiring berjalannya waktu, beberapa orang melaporkan hasil MBTI yang berbeda ketika mengulang tes setelah beberapa tahun.
Hal ini wajar karena kepribadian manusia fleksibel dan berkembang. MBTI lebih tepat digunakan sebagai alat pengembangan diri, bukan pengklasifikasi tetap.
Simak juga manfaat dari pengetahuan akan MBTI dalam kehidupan sehari-hari di halaman selanjutnya…